Kabupaten Ngawi yang mengusung tagline "Ngawi Ramah" merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur yang berada paling barat. Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Sragen. Kabupaten Ngawi beribukota Ngawi yang jaraknya kurang lebih 30 km dari perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Kota Ngawi sunggu pesat. Kondisi ini ditandai dengan tumbuhnya pertokoan yang menjual kebutuhan rumah tangga dan gadget di ruas  jalan Ahmad Yani hingga  ke arah utara hingga Pasar Besar Ngawi. Beberapa supermarket dan minimarket juga mulai tumbuh di kawasan ini.
Jika melihat kondisi alun-alun Kota Ngawi maka menimbulkan decak kagum karena dibuat megah dan hijau. Berbagai fasilitas seperti rumah baca, jogging track, lapangan tenis, basket, tempat theraphy dan lain-lain juga menghiasi alun-alun. Â Yang menarik adalah di kawasan alun-alun ini telah dilengkapi fasilitas Wifi gratis mengikuti perkembangan penggunaan gadget di masyarakat. Sebuah langkah cerdas Pemerintah Daerah untuk menuju Smart City (Kota Cerdas).
Beberapa bulan yang lalu, alun-alun Kota Ngawi juga menjadi saksi bisu diadakannya perhelatan akbar acara musik "INBOX" oleh sebuah stasiun televisi swasta nasional. Di ajang itulah Kota Ngawi mampu memecahkan Rekor MURI aksi Paramotor (Paralayang dengan mesin motor) dengan peserta terbanyak. Di tempat yang sama, Kota Ngawi juga pernah memecahkan Rekor MURI Tarian Orek-orek dengan peserta terbanyak.
Tambah lagi, kemasyhuran Kota Ngawi di ranah internasional adalah karena keberadaan Museum Trinil yang mengoleksi banyak benda purbakala Homo Erectus Dubois dekat Sungai Bengawan Solo.  Sungguh, sebuah kota yang terkenal di mata dunia meskipun pamor Kota Ngawi masih kalah dengan tetangganya, Kota Madiun di mata nasional.
Di luar prestasi dan penghargaan yang membanggakan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi, terselip banyak masalah yang perlu dicarikan solusinya. Jika anda melakukan perjalanan darat di Kota Ngawi melalui jalur perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah dari Desa Mantingan hingga Kota Ngawi dan jalur utara dari Kota Ngawi hingga perbatasan dengan Kabupaten Madiun, anda akan merasakan sensasi berkendara yang luar biasa. Jalan raya yang banyak gelombang dan lubang serta bekas tambal jalan yang seadanya membuat para pengguna jalan harus hati-hati.
Apalagi, pengguna jalan raya harus beradu dengan para monster jalanan bus kota Jawa Timuran seperti Sugeng Rahayu, Sumber, Selamat dan Mira yang dikenal suka menyerobot jalur lain serta truk gandeng atau tronton menjadi perjalanan yang butuh adrenalin tinggi. Jujur, saya selalu deg-degan saat melewati jalur ini karena saya merasakan bagaimana kerapkali menghindari jalan bergelombang dan berlubang serta mengalah karena jalur yang saya lewati diserobot oleh bus kota.
Bukan hanya jalan raya yang hingga sekarang masih menyisakan kepedihan bagi pengguna jalan raya. Apalagi, jalan raya jalur Mantingan-Ngawi telah memakan korban public figure Sophan Sophian (Suami artis Widyawati). Â Kini, saya harus merasakan pedihnya jalan depan rumah yang "persis" jalan Kerbau atau kubangan lumpur saat hujan tiba. Beberapa minggu yang lalu Pemerintah Kabupaten Ngawi merealisasikan pembuatan sebuah sirkuit sepeda motor Trail (grass track) di kawasan bekas sungai mati Candi Beran Ngawi. Kawasan yang merupakan bekas lengkungan sungai Bengawan Solo akhirnya ditutup (direklamasi) menjadi kawasan olahraga. Â Â
Pembangunan proyek sirkuit tersebut melewati jalur utama yaitu jalan Perkutut yang jaraknya kurang lebih 2 km dari pusat pemerintahan. Jalan yang merupakan akses penting menuju pemakaman umum dan jalan Ring Road baru bagian selatan. Jalan ini juga terbilang paling panjang dibandingkan dengan jalan-jalan lainnya di Desa Beran. Bukan itu saja, jalan yang terbilang mulus dan lebar dan memudahkan masyarakat untuk akses ke desa-desa lainnya. Jalan ini juga terdapat banyak mushola dan terlihat gemerlap saat menjelang hari raya Islam karena takbir keliling. Tambah lagi, banyak orang-orang penting (pejabat lokal) yang suka mengakses jalan tersebut.
Setiap harinya kurang lebih ada 10 dump truck yang melewati jalan Perkutut. Tidak kaget jika aspal jalan yang dilewati menjadi terkelupas dan lama-kelamaan timbul lubang. Selanjutnya, saat hujan turun, lubang tersebut semakin parah dan berdampak ke aspal jalan lainnya. Dampaknya, jalan rusak parah dan hanya bisa dilewati dump truck milik proyek tersebut hanya bisa  berjalan pelan dan kadangkala oleng ke kanan dan ke kiri. Sedangkan, sepeda motor hanya bisa melewati bagian pinggir jalan saat jalan yang rusak  tersebut mengering. Banyak keluhan masyarakat tentang kondisi jalan yang bisa berakibat kecelakaan fatal atau tergelincir jika terpaksa dilalui saat musim hujan.  Â
Ditambah lagi, sambungan pipa PDAM tersebut tergilas puluhan bahkan hingga ratusan kali dump truck yang bertonase tinggi. Akibatnya, sambungan pipa PDAM mengalami penyok atau putus dan air pelan-pelan muncrat ke luar. Â Sungguh, masyarakat di sekitarnya mengalami "krisis air bersih", bahkan saya harus mengungsi ke masjid desa tetangga untuk melakukan aktivitas mandi.
Proyek sirkuit tersebut diprediksi hingga tahun 2018. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu tersebut, masyarakat sekitarnya akan mengalami infrastruktur jalan yang rusak parah dan distribusi air bersih PDAM yang tidak lancar. Â Masyarakat sekitar juga sudah melakukan protes atau keluhan tentang distribusi air bersih yang mengalami kendala. Dan, pihak PDAM meresponnya hanya sebatas menguruk tempat sambungan pipa PDAM yang putus atau terlihat. Tentunya kondisi tersebut tidak akan bertahan lama, jika dump truck akan terus melewati sepanjang hari. Dan, krisis air bersih PDAM diyakini akan selalu terulang lagi.
Rasa was-was juga menghantui masyarakat saat hujan turun karena kondisi jalan semakin tidak enak dilihat.  Saya justru mengkhawatirkan anak-anak sekolah yang memaksa melewati pinggiran jalan yang rusak ini. Mereka bisa saja tergelincir jika memaksa melewatinya di musim hujan. Dan, melihat orang yang berusaha melewati jalan saat tidak hujan dalam kondisi meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri  menjadi pemandangan biasa.
Saat pembangunan infrastruktur dikebut demi nama baik Pemerintah Daerah Kota Ngawi, tetapi di saat bersamaan infrastruktur jalan juga tanpa sengaja dirusak. Dampaknya, membiayai proyek sirkuit selesai akan berganti dengan membiayai perbaikan jalan Perkutut yang rusak parah. Berlipat-lipat biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah Daerah demi infrastruktur tersebut. Dan, tentunya bukan pakai uang pribadi tetapi UANG RAKYAT. Masyarakat pun menunggu apakah revitalisasi jalan Perkutut akan kembali seperti semula karena sang Bupati yang mempunyai kebijakan proyek Sirkuit tersebut tidak lama lagi akan melepaskan jabatan publiknya dan menjadi rakyat biasa. Masyarakat pun akan terus menagih janjinya.
Vlog di jalan Perkutut yang rusak parah ke proyek sirkuit saat hujan turun (Sumber: dokumen pribadi/youtube)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H