Kalau sudah di toko buku dan perpustakaan, rasanya mata dan tangan melekat kuat-kuat dengan isi yang ada di dalamnya. Kebiasaan ini saya tularkan ke anak saya agar menjadi jiwa yang mencintai buku. Kalau tidak sempat untuk membelinya, maka fotokopi adalah jalan akhir yang harus ditempuh.
Benteng Vredeburg
Sebelum saya meninggalkan Jogja, niat saya berburu sejarah Jogja kuat sekali. Benteng Vredeburg menjadi tujuan yang harus dipenuhi. Benteng kokoh yang merupakan peninggalan Keraton Jogja masih utuh hingga sekarang. Hanya beberapa sudut benteng yang mengalami pemugaran dan berbeda fungsi. Setelah menyelusuri lebih dalam, banyak ilmu sejarah bangsa yang perlu diketahui.Â
Sejarah perjuangan masyarakat Jogja untuk merebut penjajahan Belanda yang sering kita  sebuat sebagai "Serangan Umum 1 Maret"adalah peristiwa yang menghentak Belanda. Sejarah menyebutkan bahwa perintah sang raja Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada masyarakat Jogja untuk menyerang Belanda.
Beliau memandang jauh ke depan demi kemaslahatan bangsa. Gaya kepemimpinan yang diturunkan kepada penerusnya menunjukan bahwa predikat seorang raja bukanlah keturunan tetapi sebuah anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tembok besar kerajaan pun bisa dijebol dari luar istana. Sri Sultan hamengkubuwono X akhirnya membuka diri untuk menerima menantu laki-laki dari luar keraton (darah biru).
Jika anda berkunjung ke Benteng Vredeburg, maka ikon sepasang patung jendral yaitu Jendral Sudirmandan jendral Gatot Subroto yang berada di halaman benteng akan menyapa setiap pengunjung. Sepasang patung pejuang bangsa ini menunjukan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.Â
Kita tahu bahwa sosok Jendral Sudirman adalah pejuang yang murah senyum, pendiam, banyak kerja dan relegius. Dengan aksi perang gerilyanya membuat benteng perjuangan tentara penjajahan Belanda kocar-kacir. Beliau benar-benar sosok yang dicintai rakyatnya. Memimpin perang gerilya meski harus ditandu oleh prajuritnya. Sungguh, sangat berbeda jauh dengan wakil rakyat atau pemimpin partai politik  yang harus berkelit, cuci tangan, mencari kambing hitam dan mengeluarkan pernyataan kontroversial  saat terjerat kasus korupsi.
Jogja yang istimewa itu telah memberikan banyak inspirasi. Menjadi Jogja menjadi Indonesiaadalah sebuah renungan dalam bagi kita saat berniat untuk menjadi pemimpin bangsa. Berkacalah pada cara pembuatan Bakpia Pathok, ilmu yang ada di Buku dan sejarah perjuangan bangsa yang ada di  Benteng Vredeburg. Bawalah karakter kepemimpinan profetik untuk menjadi pemimpin bangsa. Jiwa kepemimpinan yang mencontoh dari sifat Uswatul Khasanah (suri tauladan) Nabi Muhammad SAW diyakini akan membawa kemajuan bangsa.Â
Karakter pemimpin yang selalu mengayomi, pemegang keputusan (decision maker) dan mementingkan masalah bangsa. Menjadi Jogja menjadi Indonesiaadalah salah satu terobosan penting yang perlu "dilahap" pemimpin bangsa Indonesia.
Banyak pelajaran berharga dari Jogja untuk bangsa. Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan X, Jendral Sudirman adalah beberapa contoh pemimpin profetik yang harus dicontoh oleh pemimpin bangsa ini. Mereka "mboten kemrungsung" (tidak ngoyo) dalam memperoleh jabatan, tetapi rakyatlah yang berkehendak sebagai suara Tuhan untuk memilihnya. Bukan karena gelontoran dana ratusan miliar, tetapi karakter yang memahami dan dekat dengan rakyat adalah kunci utama.Â