Bangsa-bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis dan Belanda telah disebut sebelumnya datang ke Tidore untuk mencari rempah-rempah. Tentunya jejak selama pendudukan di Tidore masih ada hingga sekarang. Salah satunya, jejak pendudukan bangsa Portugis yang menarik untuk dikunjungi. Sebuah saksi bisu yang masih ada hingga sekarang adalah Benteng Tore (Fort Tore) dan Tohula. Benteng tersebut terbuat dari batu gunung yang direkat dengan campuran kapur dan pasir. Benteng yang terletak berdekatan dan berada di dekat kota Soasio bisa ditempuh sekitar 30 menit dari Pelabuhan Rum.
Untuk mencapai Benteng Tore dan Tahulu, kita perlu sedikit usaha untuk  melakukan pendakian karena  terletak di dataran tanah yang cukup tinggi. Namun, ketika kita berada di posisi puncak, anda bisa melihat dengan jelas kota dan keindahan laut yang memisahkan Pulau Tidore dan Halmahera serta kota Soasio yang dibangun oleh Sebastiano De El Cano seorang pelaut spanyol. Apalagi, jika anda bisa menikmati matahari terbit (sunsrise) merupakan pemandangan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Di Tidore, anda juga bisa melihat tegaknya Tugu Pendaratan (Monumen Landing) kedatangan bangsa Spanyol untuk pertama kalinya ke Tidore oleh Juan Sebastian El Cano beserta awak kapal Trinidad dan Victoria yang merapat di Tidore pada tanggal 8 November 1521 lalu. Tugu peringatan tersebut dibuat oleh Kedutaan Besar Spanyol pada tanggal 30 Maret 1993 lalu. Lokasi tugu ini terletak di Kelurahan Rum Soasio Kota Tidore. Anda juga jangan melewatkan untuk mampir ke Dermaga Kesultanan yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Syaifuddin (Jou Kota) setelah perpindahan Ibu Kota Kesultanan dari Toloa ke Limau Timore Soasio. Tempo dulu, dermaga ini berfungsi untuk menerima tamu kesultanan dan digunakan Sultan jika bepergian dengan Perahu Kora-Kora.
Anda juga bisa melihat koleksi peninggalan Kesultanan Tidore yang disimpan di Museum Kesultanan Tidore "Sonyine Malige". Museum tersebut memiliki koleksi Al-Qur’an tulisan tangan oleh Qalem Mansur yang dibuat pada tahun 1657. Ini adalah satu-satunya museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan Kesultanan Tidore.  Dengan mengunjungi musum tersebut, maka anda akan merasa ada tambahan ilmu sejarah. Asyik bukan? Â
Â
Sebelum anda meninggalkan Tidore, tidak salah jika anda menikmati kearifan lokaldi Desa Gura Bunga (Taman Bunga) yang merupakan sebuah kelurahan yang berada di lereng gunung Kie Matabu pada ketinggian 800 Meter. Desa ini diwarnai beberapa bunga di pekarangan setiap rumah warganya yang menjadikannya sebagai Desa Gura Bunga. Suasana indah dan sejuk serta keharmonisan masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Berbagai latar belakang agama dan budaya yang diusung mereka tidak menjadikan kendala untuk saling menghargai dan tetap hidup dalam keharmonisan. Dan yang paling istimewa di desa ini adalah Rumah Adat para Sawohi yang berjumlah enam buah yang dihuni oleh enam orang sawohi yang merupakan perwakilan dari beberapa marga, yaitu Toduho, Tosufu Malamo, Fola Sowohi, Mahifa dan Tosufu. Umur dari rumah tersebut sudah berusia ratusan tahun yang disebut Rumah Puji.