Tidore, sebuah pulau kecil yang berhubungan erat dengan rempah-rempah di pulau Maluku. Di mana, jaman dahulu Sultan Tidore memerintah sebagian besar Halmahera Selatan, Buru, Ambon dan banyak pulau-pulau lepas pantai Papua Nugini. Benar, Tidore telah menggoreskan pena sejarah tentang betapa hebatnya para pejuang melawan penjajahan bangsa asing.
Fakta sekarang, Tidore adalah sebuah kota, pulau dan kepulauan di Kepulauan Maluku di Indonesia Timur, tepatnya sebelah barat pulau besar Halmahera. Jika kita menelisik sejarah masa lalu, maka Tidore adalah sebuah kesultanan rempah-rempah yang didirikan pada bulan April 1108. Itulah sebabnya, hari jadi Tidore yang ke-909 jatuh pada bulan April 2017 nanti.
Sebelum agama Islam merambah ke timur Nusantara, Tidore diakrabi dengan sebutan “Kie Duko”. Penduduk pulau Tidore saat itu hidup terpencar-pencar dan bersuku-suku yang dikepalai Kepala Suku yang disebut “Momole”. Ternyata, kontribusi Tidore saat masa pasca kemerdekaan sangat luar biasa. Yaitu, saat pembebasan Irian Barat tahun 1956, Tidore mendapat kepercayaan dari RI menjadi Ibukota perjuangan Irian Barat yang beribukota di Kota Soasio. Selanjutnya, sultan Tidore yang ke-35 Bapak Zainal Abidin Syah diangkat menjadi Gubernur pertama Irian Barat.
Perjalanan Tidore untuk menjadi pemerintahan yang mandiri melalui jalan panjang. Tidore ditetapkan sebagai ibukota Halmahera Tengah berdasarkan UU No. 6 Tahun 1990 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah yang diresmikan oleh Mendagri atas nama Presiden RI pada tanggal 31 Oktober 1990. Adapun, Bapak Drs. Abdul Bahar Andili diangkat sebagai pejabat Bupati Halmahera Tengah yang pertama.
Tiga belas tahun berselang, kini Kota Tidore Kepulauan menjadi kota yang mandiri berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003 yang diresmikan oleh Mendagri atas nama Presiden RI pada tanggal 31 Mei 2003 sekaligus melantik Bapak Drs. M. Nur Jauhari sebagai pejabat Walikota Tidore Kepulauan yang pertama. Selanjutnya, estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Bapak Drs. H. Mahmud Adrias. Dan, Pemerintah Kota saat ini dipimpin oleh seorang Walikota Captain Ali Ibrahim.
Kota Tidore Kepulauan memiliki luas wilayah 13.862,86 Km2 yang terdiri dari luas lautan 4.746 km2 dan luas daratan 9.116,36 km2 yang meliputi Pulau Tidore dan beberapa pulau di sekitarnya dan sebagian wilayah di pulau Halmahera. Kalau kita lihat dalam peta, maka letak geografis Kota Tidore Kepulauan berada di antara 00-200 Lintang Utara (LU) hingga 00-500 Lintang Selatan (LS), 1270 00’ Bujur Timur (BT) sampai 1270 45’ Bujur Timur (BT). Dengan demikian, Kota Tidore Kepulauan dilalui oleh garis katulistiwa. Sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, Kota Tidore Kepulauan memiliki 12 pulau dan secara administratif terdiri dari 8 kecamatan, yaitu:
- Kecamatan Oba,
- Kecamatan Oba Selatan,
- Kecamatan Oba Tengah,
- Kecamatan Oba Utara,
- Kecamatan Tidore,
- Kecamatan Tidore Selatan,
- Kecamatan Tidore Utara, dan
- Kecamatan Tidore Timur.
Sekarang, segenap elemen masyarakat Tidore ingin mengenalkan kembali Tidore ke pentas nasional dan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah bersikeras untuk mendatangkan para wisatawan ke Tidore dalam program yang bertajuk Visit Tidore Island. Apalagi, melalui Ngofa Tidore Tour n Travel Team bertekad untuk mengenalkan kembali pesona kejayaan dan wisata Tidore ke kancah dunia. Hal ini merupakan strategi untuk mengenalkan kembali jejak kejayaan Tidore di masa lampau dan keindahan daerah tujuan wisata yang belum terekspos semua.
Ketika anda tiba di bandara Babullah, anda bisa melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Bastiong dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Dari pelabuhan Bastiong, ada dua pilihan untuk pergi ke Pelabuhan Rum di Pulau Tidore, yaitu menggunakan speedboat dan kapal Feri. Jika anda memilih kapal Feri, maka anda perlu membayar Rp. 5.000,- dengan waktu perjalanan sekitar 30 menit. Sedangkan, jika anda menggunakan speedboat, maka anda perlu membayar Rp. 8.000 dengan lama perjalanan sekitar lima menit. Setelah anda tiba di pelabuhan Rum, maka anda bisa menggunakan transportasi lokal ke kota Soasio, ibukota Kota Tidore Kepulauan dengan membayar ongkos Rp 9.000,-.
Selanjutnya, jika anda hendak menginap untuk mengeksplorasi pulau Tidore lebih dalam, anda bisa menginap sementara di kota Tidore. Sayangnya, hanya satu penginapan yang tersedia di kota Tidore, yakni Hotel Seroja dengan tarif sekitar Rp 200.000,- per malam. Sedangkan, tempat penginapan lainnya berupa guest house milik Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Untuk melihat suasana Kota Tidore kepulauan, anda bisa melihat videonya di sini.
Pusat Rempah-Rempah Dunia
Sejarah menyatakan bahwa komoditas rempah-rempah dan pulau Maluku adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dan begitu juga Ternate-Tidore dalam sejarah dunia. Lima abad yang lalu, dua kesultanan besar di bagian timur negara kita muncul ke panggung sejarah dunia. Keberadaan pulau-pulau di kawasan rempah-rempah pulau Maluku, terutama Ternate-Tidore sebagai produsen cengkeh, dan Kepulauan Banda sebagai produsen pala membuat orang di belahan dunia untuk melakukan perjalanan panjang memperoleh rempah-rempah tersebut.
Tidore, salah satu kota di Provinsi Maluku Utara tersebut telah terkenal sejak jaman kolonial karena rempah-rempahnya yaitu cengkeh dan pala. Kekayaan rempah-rempah yang berlimpah membuat banyak orang dari belahan dunia untuk berkunjung bahkan melakukan aksi monopoli dan penjajahan. Tak terkecuali orang yang berasal dari daratan Eropa. Sedangkan, orang Eropa pertama yang datang ke Tidore adalah pelaut Spanyol yang bernama Ferdinand Magellan yang dikirim oleh Charles I, Raja Spanyol, untuk menemukan pulau rempah-rempah tersebut.
Sayang, armada Ferdinand Magellan justru tiba dari timur tapi agak terlalu jauh di utara Filipina, yang kemudian melanjutkan untuk menjadi koloni Spanyol. Ferdinand Magellan sendiri meninggal di sana, kapal layar yang tersisa, yaitu: Trinidad dan Victoria bersikeras untuk mengarungi lautan menuju Tidore. Setelah berlayar selama 2 tahun 2 bulan dan 28 hari dari Sevilla mencari rempah-rempah, kapal Trinidad dan Viktoria bisa merapat ke Tidore pada tanggal 8 November 1521. Namun, kapal Trinidad kemudian tenggelam dalam perjalanan pulang ke Sevilla meninggalkan Victoria yang masih berada di Tidore. Dari sinilah, kekuasaan Spanyol memenuhi babak baru yang diikuti dengan perjuangan keras bangsa-bangsa lain untuk menguasai rempah-rempah, seperti bangsa Portugis dan Belanda.
Budaya dan Kuliner yang Unik
Saat kita berkunjung ke Tidore, banyak budaya dan adat istiadat yang bisa kita nikmati. Bahkan, budaya dan adat istiadat tersebut yang masih terpelihara hingga kini di Tidore. Untuk menapaki jejak pulau Tidore, maka masyarakat setempat melakukan upacara Lufu Kie. Upacara ini merupakan perjalanan ritual adat laut “Hongi Taumoy se Malofo” Kesultanan Tidore. Acara ini dilakukan sebagai rasa syukur Sri Sultan atas terciptanya keamanan, kedamaian, ketentraman kehidupan rakyat dengan cara mengelilingi Pulau Tidore, sembari diikuti dengan ritual ziarah ke makam para Waliyullah.
Kegiatan yang hampir sama dan sering dilakukan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebagai tambahan, dalam kegiatan tersebut juga diselingi dengan aksi menusuk diri dengan senjata tajam ke tubuh para pesertanya.
Warung kuliner ini terletak di depan Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Perindagkop dan UKM) Tidore. Kita bisa menikmati berbagai macam kuliner ikan, terong ungu, pisang santan dan lain-lain. Tak ketinggalan ada papeda yang khas dari Tidore mampu menggugah selera makan anda.
Yuk, kita perhatikan pecahan mata uang kertas Rp. 1000,- milik negeri kita. Di balik gambar sosok pahlawan nasional Pattimura, kita akan melihat gambar sebuah pulau nan indah yaitu Pulau Maitara di Tidore. Banyak wisatawan yang penasaran untuk berkunjung ke pulau tersebut. Pulau Maitara terletak di antara Pulau Tidore dan Pulau Ternate. Jika kita berniat untuk menuju pulau Maitara dari pulau Tidore, maka bisa ditempuh dengan menggunakan speedboat yang memakan waktu kurang lebih 20 menit lamanya.
Di puncak gunung Kie Matubu, anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa dan mempesona seperti Pulau Ternate, Maitara, Hiri, Halmahera, Mare, Moti, Makian dan masih banyak lagi. Bukan hanya itu, dari puncak gunung ini juga kamu bisa melihat lansekap kota Tidore.
Saat musim liburan, pantai Cobo akan disesaki pengunjung. Tak rugi jika anda mengunjungi pantai Cobo. Dengan panorama hamparan pasir putih dan laut biru yang jernih dilengkapi dengan gazebo/shelter serta fasilitas pendukung lainnya akan memanjakan liburan anda. Apalagi dengan keindahan jejeran bukit-bukit yang hijau dengan hutan produktif semakin membuat anda menikmati alam yang sesungguhnya. Dari Pantai Cobo, anda juga bisa melihat pulau-pulau lain di utara Tidore seperti pulau Halmahera dan Sidangoli.
Setelah anda menikmati suasana pantai yang mempesona, maka anda perlu melakukan petualangan ke beberapa air terjun yang ada di Tidore. Beberapa air terjun yang anda akan memanjakan suasana petualangan yang menyenangkan. Air Terjun yang pertama yang perlu anda kunjungi adalah air terjun Luku Cileng dengan sumber mata air di dataran tinggi yang terletak di Kelurahan Kalaodi, Tidore Timur. Jaraknya kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Kalaodi dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Air terjun Luku Cileng memiliki keindahan tersendiri, di mana laju aliran air terjun sering berubah tergantung musim.
Keindahan air terjun selanjutnya yang akan memanjakan mata adalah air terjun Gohebayang masih berada di Kelurahan Kalaodi Kecamatan Tidore Timur. Air terjun ini berada dalam satu aluran sungai yang dikelilingi bebatuan yang indah serta pepohonan yang hijau. Tak perlu khawatir, akses menuju ke kawasan air terjun ini cukup baik. Dari pelabuhan Rum, anda memerlukan waktu kurang lebih selama 1 jam dengan menggunakan sepeda motor atau mobil.
Air terjun lainnya yang tidak kalah menarik adalah air terjun Sigela terletak di Desa Sigela Kecamatan Oba. Lokasi ini bisa anda ditempuh kurang lebih 4 jam melalui perjalanan darat dari pelabuhan Sofifi. Uniknya, air terjun Sigela dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun dan mengalir ke beberapa sungai yang ada di desa Sigela. Anda bisa meluapkan kegembiraan dengan berbasah-basahan menikmati dinginnya air terjun.
Wisata Sejarah
Kurang lengkap rasanya jika anda berkunjung ke Tidore tidak berkunjung ketempat-tempat wisata sejarah.Salah satunya adalahKedaton Kesultanan Tidore yang merupakan tempat tinggal para sultan dan keluarganya. Lokasi wisata tersebut terletak di Kelurahan Soasio Kecamatan Tidore. Menurut sejarah bahwa kedaton-kedaton pada awal pemerintahan dibangun dari bambu dan beratap ilalang yang mudah hancur. Namun, kedaton yang mampu bertahan lama dan megah saat ini adalah kedaton Kie yang dihancurkan pada tahun 1912 akibat konflik internal keluarga istana.
Jelajah tempat wisata sejarah lainnya adalah keberadaan Masjid Kesultanan Tidore yang terletak di Kelurahan Soasio Kecamatan Tidore. Masjid ini didirikan pada tahun 1700 dan telah mengalami beberapa kali renovasi. Saat ini, Masjid Kesultanan Tidore digunakan sebagai tempat ibadah sultan dan tokoh-tokoh kesultanan serta sebagai tempat syiar agama Islam.
Bangsa-bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis dan Belanda telah disebut sebelumnya datang ke Tidore untuk mencari rempah-rempah. Tentunya jejak selama pendudukan di Tidore masih ada hingga sekarang. Salah satunya, jejak pendudukan bangsa Portugis yang menarik untuk dikunjungi. Sebuah saksi bisu yang masih ada hingga sekarang adalah Benteng Tore (Fort Tore) dan Tohula. Benteng tersebut terbuat dari batu gunung yang direkat dengan campuran kapur dan pasir. Benteng yang terletak berdekatan dan berada di dekat kota Soasio bisa ditempuh sekitar 30 menit dari Pelabuhan Rum.
Untuk mencapai Benteng Tore dan Tahulu, kita perlu sedikit usaha untuk melakukan pendakian karena terletak di dataran tanah yang cukup tinggi. Namun, ketika kita berada di posisi puncak, anda bisa melihat dengan jelas kota dan keindahan laut yang memisahkan Pulau Tidore dan Halmahera serta kota Soasio yang dibangun oleh Sebastiano De El Cano seorang pelaut spanyol. Apalagi, jika anda bisa menikmati matahari terbit (sunsrise) merupakan pemandangan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Di Tidore, anda juga bisa melihat tegaknya Tugu Pendaratan (Monumen Landing) kedatangan bangsa Spanyol untuk pertama kalinya ke Tidore oleh Juan Sebastian El Cano beserta awak kapal Trinidad dan Victoria yang merapat di Tidore pada tanggal 8 November 1521 lalu. Tugu peringatan tersebut dibuat oleh Kedutaan Besar Spanyol pada tanggal 30 Maret 1993 lalu. Lokasi tugu ini terletak di Kelurahan Rum Soasio Kota Tidore. Anda juga jangan melewatkan untuk mampir ke Dermaga Kesultanan yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Syaifuddin (Jou Kota) setelah perpindahan Ibu Kota Kesultanan dari Toloa ke Limau Timore Soasio. Tempo dulu, dermaga ini berfungsi untuk menerima tamu kesultanan dan digunakan Sultan jika bepergian dengan Perahu Kora-Kora.
Anda juga bisa melihat koleksi peninggalan Kesultanan Tidore yang disimpan di Museum Kesultanan Tidore "Sonyine Malige". Museum tersebut memiliki koleksi Al-Qur’an tulisan tangan oleh Qalem Mansur yang dibuat pada tahun 1657. Ini adalah satu-satunya museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan Kesultanan Tidore. Dengan mengunjungi musum tersebut, maka anda akan merasa ada tambahan ilmu sejarah. Asyik bukan?
Sebelum anda meninggalkan Tidore, tidak salah jika anda menikmati kearifan lokaldi Desa Gura Bunga (Taman Bunga) yang merupakan sebuah kelurahan yang berada di lereng gunung Kie Matabu pada ketinggian 800 Meter. Desa ini diwarnai beberapa bunga di pekarangan setiap rumah warganya yang menjadikannya sebagai Desa Gura Bunga. Suasana indah dan sejuk serta keharmonisan masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Berbagai latar belakang agama dan budaya yang diusung mereka tidak menjadikan kendala untuk saling menghargai dan tetap hidup dalam keharmonisan. Dan yang paling istimewa di desa ini adalah Rumah Adat para Sawohi yang berjumlah enam buah yang dihuni oleh enam orang sawohi yang merupakan perwakilan dari beberapa marga, yaitu Toduho, Tosufu Malamo, Fola Sowohi, Mahifa dan Tosufu. Umur dari rumah tersebut sudah berusia ratusan tahun yang disebut Rumah Puji.
Di dataran tinggi Kie Matubu, anda juga bisa menikmati keindahan Desa Topo yang terkenal dengan agrowisatanya. Karena desa ini terletak di dataran yang tinggi, maka anda bisa melihat pemandangan indah yang ada di bawahnya seperti lautan yang membelah pulau Tidore dan Ternate. Lansekap Tidore juga bisa anda lihat dengan pesonanya yang indah sekali.
Kini, Pulau Tidore yang telah mengalami masa keemasan tempo dulu dengan rempah-rempahnya ingin dikenal masyarakat dunia kembali. Percayalah, sisa-sisa kejayaan itu masih ada hingga sekarang. Keindahan alam yang mempesona banyak orang sebagai daerah tujuan wisata untuk mendongkrak kedatangan wisatawan. Untuk melihat betapa indahnya pulau Tidore, anda bisa melihat beberapa tayangan video yang akan membuat anda kepincut untuk melakukan petualangan di pulau pahlawan “Sultan Nuku” berjuang berikut ini:
Visit Tidore (Sumber: Project Tidore)
Maitara Island, North Maluku Indonesia | Pulau Maitara, Maluku Utara Indonesia (Sumber: Routeterritory)
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H