Pulau Bali terkenal dengan agama mayoritas, Hindu. Namun, keberadaan para pemeluk agama Islam yang merupakan masyarakat minoritas bisa hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat muslim Bali hidup di kampung-kampung Islam yang memberikan ciri khasnya. Lantas, di mana kampung Islam tertua di pulau BALI?
Di bulan Ramadhan kali ini, saya berkesempatan berkunjung dan menelusuri kampung Islam tertua di pulau Bali. Kampung Islam tertua di Bali dinamakan Kampung Gelgel. Kampung Islam dengan luas kurang lebih 8,5 hektar memberi petunjuk bahwa Islam telah menyebar di Pulau Bali sejak dulu.
Memasuki kampung Islam Gelgel jika dari arah selatan (Denpasar), kita akan melewati perempatan yang di tengah-tengahnya berdiri patung prajurit Kerajaan Gelgel tempo dulu. Dari perempatan tersebut, kita bisa langsung melihat menara masjid Nurul Huda yang terkenal di Kampung Gelgel.
Â
Kampung Gelgel memang memberikan nuansa yang khas. Kampung yang dihuni kurang lebih 1.000 warga alias 327 kepala keluarga ssangat harmonis dengan warga sekitar yang mayoritas beragama Hindu. Tetapi, perlu diketahui bahwa Kampung Islam Gelgel merupakan cikal bakal penyebaran Islam di pualu Bali yang meninggalkan jejak sejarah.
Jejak sejarah yang ada hingga kini adalah keberadaan Masjid Nurul Huda yang dibangun kurang lebih abad ke-14. Meskipun sudah berkali-kali di pugar, namun bentuk khasnya masih terlihat. Sebuah menara masjid yang ada di bagian kiri depan masjid masih berdiri gagah menjulang setinggi kurang lebih 17 meter. Masjid Nurul Huda menjadi pusat kegiatan keagamaan. Apalagi, pada hari-hari raya Islam atau bulan Ramadhan saat ini banyak diisi kegiatan yang bernafaskan Islami.
Â
Â
Sejarah Kampung Islam Gelgel berawal dari Kunjungan Raja Gelgel I Ketut Dalem Ngulesir ke Kerajaan Majapahit. Ketika Raja Gelgel kembali ke Bali, Raja Gelgel dikawal oleh 40 prajurit Kerajaan Majapahit. Sesampainya di Kerajaan Gelgel, prajurit Kerajaan Majapahit tersebut atas seijin rajanya tidak kembali lagi ke Kerajaan Majapahit. Tetapi tetap tinggal dan bermukim di Kerajaan Gelgel. Sebagai rasa terima kasihnya, Raja Gelgel memberikan tempat tinggal prajurit Majapahit di bagian timur Kerajaan Gelgel yang ada hingga sekarang. Sebagai tempat ibadah prajurit, maka dibangunlah Masjid Nurul Huda yang ada hingga sekarang ini.
Selanjutnya, prajurit Kerajaan Majapahit tersebut menikah dengan wanita setempat dan tinggal menyebar di beberapa pulau Bali menjadi kampung-kampung Islam. Kampung-kampung tersebut berbaur dengan masyarakat mayoritas, seperti di: Kampung Lebah, Kusamba, serta Kampung Toyapakeh di Nusa Penida. Bahasa yang dipakai sehari-hari pun menyesuaikan dengan bahasa mayoritas, Bahasa Bali.