Di desa Temanggung pada tahun 1990-an, hiduplah Santoso Sosromihardjo, seorang juragan cengkeh yang sukses. Dia tinggal bersama istri dan dua anaknya, Ningrum dan Panggih, di sebuah rumah besar warisan dari orang tuanya. Mereka hidup bahagia dengan dua pembantu, Pak Slamet dan Bu Urip.
Suatu hari, Santoso memperluas usahanya dengan membeli sebuah gudang bekas dari tetangganya, Pak Cari, yang sudah meninggal dan mewariskannya kepada anaknya, Bowo. Meski Bowo tidak menggunakannya, ia menolak menjual gudang itu kepada Santoso.
Tapi Santoso tidak putus asa. Dengan kelicikan, ia memenangkan lelang gudang tersebut dan menjadi pemiliknya. Namun, setelah gudang itu digunakan, kejadian aneh mulai terjadi.
Pertama, Pak Slamet dan Bu Urip mendengar suara langkah kaki di sekitar rumah pada tengah malam, tanpa sosok yang terlihat. Keesokan harinya, mereka menemukan ceceran tanah basah yang mengelilingi rumah.
Kemudian, seorang pegawai gudang bernama Agus tiba-tiba mengundurkan diri dengan alasan yang tak masuk akal. Pak Slamet yang curiga mencari tahu dari Agus, yang mengaku melihat sosok aneh berwujud anjing besar di gudang, yang bahkan bisa berbicara.
Meski awalnya ragu, Pak Slamet dan Bu Urip akhirnya meyakini bahwa ada kekuatan gaib yang mengganggu rumah Santoso. Mereka mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian-kejadian tersebut.
Namun, keberanian mereka diuji ketika mereka menemukan fakta bahwa gudang yang dibeli Santoso sebelumnya digunakan untuk kegiatan mistis oleh Bowo, dan gudang itu dulunya adalah tanah kuburan.
Mereka berdua memutuskan untuk melaporkan temuan mereka kepada Santoso, meski ragu apakah ia akan percaya. Namun, ketika mereka berbicara, tiba-tiba mereka melihat sesosok bayangan muncul di belakang Santoso, dan tanpa suara, membisikkan sesuatu yang membuat mereka bergetar.
Ketakutan itu membawa mereka pada kesimpulan bahwa Santoso dan keluarganya memang terkena teluh atau santet dari tanah Jawa yang digunakan oleh Bowo. Mereka sadar bahwa mereka harus bertindak cepat untuk melawan kekuatan gaib yang mengancam keluarga Santoso.
Dengan tekad bulat, Pak Slamet dan Bu Urip bersama-sama dengan Santoso mencari cara untuk mengatasi teluh tersebut. Mereka berusaha mencari dukun yang bisa membantu membersihkan rumah Santoso dari gangguan gaib.