Ketika ditanya danau apa saya yang ada di Indonesia, mungkin kata yang pertama keluar adalah danau toba. Bagaimana tidak, danau toba sering menjadi contoh salah satu danau di buku geografi kita. Selain itu adanya festival danau toba sebagai ajang promosi membuat danau yang satu ini semakin terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Tapi diatas semuanya, alasan yang paling mendasar adalah karna saya berasal sumatera utara. Masa anak sumut tapi ga pernah ke danau toba? Hehhe..
Saya sudah beberapa kali mengunjungi danau toba bahkan melalui jalur dan kabupaten yang berbeda
[caption id="attachment_328092" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan Danau Toba dari atas gunung"][/caption]
[caption id="attachment_328145" align="aligncenter" width="300" caption="danau toba"]
[caption id="attachment_328146" align="aligncenter" width="300" caption="less is more"]
Rasanya tetap sama, indah. Namun yang paling berkesan, istimewa dan unik adalah perjalanan saya ke danau toba pada tahun ini. Saya bersama saudara dan sepupu berangkat dari kabupaten simalungun menuju nagori (desa di dekat danau toba). Awalnya kami akan berangkat dari haranggaol dengan menggunankan perahu, namun apa daya karna pada bulan itu bulan agustus angin cukup kencang. Maka orangtua kami menyarankan untuk menggunakan sepeda motor melalui gunung. Perjalanan ini memakan waktu selama 3-4 jam bukan karena jauhnya jarak dari rumah ke nagori ini, tetapi karena jalanan yang “aduhai”. Maka di mulailah perjalanan pertama yang menantang bahaya namun terbayar dengan keindahan danau toba. Setengah perjalanan awal adalah jalan raya yang sangat mulus dan lebar. Saya yang hanya tinggal duduk dibelakang sepupu sayapun menikmati udara dingin dan ladang/perkebunan, bukit, pepohonan yang indah selama perjalanan. Luar biasa :).Namun saat kami berbelok ke kiri masuk ke perkampungan menuju jalanan tikus yang sempit. Disinilah petulangan dimulai, perjalanan ini benar-benar luar biasa dan saya akui saudara dan sepupu saya merupakan pengendara yang tangguh. Ibarat kata sebelah kanan adalah tebing, sebelah kiri adalah jurang maka kita harus mengikuti jalan yang lumayan sempit. Sedikit saja berbelok terlalu tajam maka nyawa taruhannya. Buat orang yang ingin melatih kesabaran dan pengendalian diri disini tempatnya hehhee...(bercanda)
[caption id="attachment_328097" align="aligncenter" width="300" caption="Belokan tajam di perjalanan"]
[caption id="attachment_328098" align="aligncenter" width="300" caption="Jika berboncengan kurang aman kadang harus turun dan berjalan sebentar"]
Lumayan lelah dengan kondisi jalan yang seperti itu maka kami pun beristirahat sejenak. Istirahat pun dimulai sambil menyesal kenapa kami menggunakan sepeda motor bukan naik kapal saja. Tangan saudara dan sepupu saya mulai kebas karna terlalu sering ngerem. Namun ketika melihat pemandangan yang disuguhkan. Waw, luar biasa, hanya bisa kagum tanpa berucap apapun.
[caption id="attachment_328105" align="aligncenter" width="300" caption="akhirnya sebentar lagi sampai"]
[caption id="attachment_328103" align="aligncenter" width="300" caption="no pain no gain"]
Kami memang sedang beruntung, bulan itu sedang musim mangga, bang endi yang sedang panenpun menyilahkan kami untuk memakan sebanyak mungkin di pemberhentian kami yang terakhir. Katanya “10 menit lagi kita nyampe, kita ke ladang dulu aja makan mangga. Udah kami ambil tadi tinggal makannya”. Kalau dipaksa begini siapa yang mau nolak hehehe.. Dengan perut penuh dengan mangga, kami melanjutkan perjalanan lagi.
[caption id="attachment_328106" align="aligncenter" width="300" caption="ini mangga medan bung"]