Mohon tunggu...
Prima Kristina  Purba
Prima Kristina Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Love travelling and watching movies.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, Menjaga Diri Sendiri

22 November 2014   06:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stabil berarti tidak condong ke kanan atau ke kiri tetapi berada di tengah-tengah. Ketika kita mengnedarai kendaran bermotor dalam keadaan stabil maka ketika ada lubang yang kita lewatipun maka kedua kaki kita akan sigap menjadi penopang ketika kendaraan kita mulai goyang akibat melewati lubang di jalan raya. Begitu pemikiran sederhana saya untuk menjelaskan defenisi dari kata stabil.Ketika kita berada dalam keadaan stabil itu artinya bukan hanya bisa tetap tegak ketika tidak ada gangguan tetapi juga bercerita tentang kesiapan kita ketika gangguan akan datang. Karena Kadang gangguan bukan datang dari kita tetapi dari luar kita dan hal tersebut tidak dapat kita hindari. Jadi satu-satunya cara adalah dengan tetap “berdiri” stabil dan mempersiapkan diri untuk tetap berdiri tegap apapun terhadap gangguan yang kita dapat prediksi maupun tidak.

Singkatnya dari pendapat saya, mungkin beginilah sedikit ilustrasi mengenai pentingnya kestabilan itu. Negara kita sudah pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1998 yang sampai sekarang masih terasa segar dalam ingatan para pelaku-pelaku bisnis, bank-bank,lembaga-lembaga keuangan bahkan untuk seluruh warga negara indonesia. Pengalaman yang membawa “luka besar” inilah menjadi salah satu alasan terbesar perlunya stabilitas sistem keuangan. Ada pepatah yang mengatakan  bahwa meraih lebih mudah daripada mempertahankan. Jika kita gagal meraih sesuatu artinya kita tidak meraih sesuatu tetapi masih bertahan diposisi sebelumnya atau mungkin kita sudah berada di posisi yang lebih baik dari sebelumnya hanya saja kita belum sampai pada capaian yang kita inginkan. Namun apabila kita gagal mempertahankan sesuatu itu artinya kita sudah tidak berada di posisi sebelumnya yang artinya kita sudah bergerak mundur. Perubahan itu hanya ada 2 yakni lebih baik atau lebih buruk. Tidak ada yang stagnan atau diam di tempat,karena ketika itu terjadi artinya kita sedang bergerak mundur karena perubahan itu sesuatu yang bergerak maju atau mundur. Sehingga ketika kita stagnan artinya kita tidak bergerak maju ke depan yang artinya kita mundur.

Goncangan krisis moneter yang sangat besar ini membuat banyak perusahaan, lembaga keuangan maupun non keuangan mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1998 saya masih berumur 7 tahun, namun dari tayangan-tayangan yang saya pernah tonton ketika sudah beranjak dewasa,sejarah-sejarah yang diterangkan oleh guru-guru dan media-media yang menceritakan kembali tentang pergolakan 1998. Maka yang dapat saya simpulkan adalah pada saat itu, Indonesia sangat kacau, tidak ada rasa aman dimana-mana yang ada hanya kekhawatiran dan kepanikan.  Krisis moneter telah merenggut banyak hal yang berkaitan dengannya. Bisnis yang sedang dibangun berujung pada kegagalan begitupula dengan bisnis yang sudah berdiri sejak lama. Sebagian besar lembaga-lembaga keuangan bank maupun non bank mengalami likuiditas, para orangtua yang menyekolahkan anaknya di luar negeri bingung karena inflasi yang tinggi dan nilai rupiah yang anjlok.

Selain karena pengalaman masa lalu, keinginan untuk masa depan yang lebih baik adalah alasan mengapa pentingnya stabilitas sistem keuangan. Defenisi mengenai sisitem stabilitas keuangan yang saya kutip dari salah satu artikel di website BI tertulis bahwa, “stabilitas sistem keuangan itu adalah sistem keuangan yang stabil yang mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor rill dan sistem keuangan “

Nah pertanyaan besarnya adalah bagaimana menjaga stabilitas sistem keuangan. Jawabannya adalah dengan mendukung Bank Indonesia dan OJK sebagai lembaga yang berperan penting dalam menjaga  stabilitas sistem keuangan negara kita. Namun mendukung disini bukan secara pasif dimana hanya mendukung dalam diam tetapi bergerak secara aktif. Walaupun mungkin secara individu dampak yang kita hasilkan untuk menjaga sisitem stabilitas keuangan tidak besar. Namun ungkapan “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” itu benar adanya. Bayangkan saja ketika ada satu warga negara yang ingin berperan aktif untuk menjaga stabilitas sistem keuangan negara ini. Maka semangat itu akan tertular kepada orang lain yang disekitarnya. Apalagi jika ide-ide yang ada untuk menjaga kestabilan tersebut dituangkan dalam tulisan, di posting di kompasiana. Coba bayangkan peluang  yang ada, dimana 256.134 kompasianer yang berpeluang membacanya dan akhirnya tergerak ikut menjaga stabilitas sistem keuangan negara ini.

Adapun yang dapat kita lakukan sebagai aksi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah dengan menjaga diri kita sendiri dengan cara sebagai berikut ;

1.Belajar Hemat

Uang bisa menjadi kawan atau lawan, kita bisa memilih dikuasai atau menguasai uang. Dari kita sendiir mari belajar untuk mengefisienkan semua yang ada. Beberapa hari belakangan ini banyak yang berteriak dan berdemo karena harga BBM naik. Kita sepertinya lupa kalau yang terjadi adalah pengurangan subsidi BBM  sehingga harga terkesan seperti dinaikkan. Kalau subsidi BBM dikurangi, mungkin ini bisa jalan agar kita belajar berhemat. Yang dahulu mau ke minimarket, ke warteg, kostan temen yang jaraknya tidak sampai 1 kilometer selalu mengendarai motor, maka mari mulai berjalan. Atau jika mungkin mari subtitusi transportasi yang kita gunakan, dari sepeda motor ke sepeda. Sehingga peredaran uang yang kita gunakan bisa berkurang untuk hal-hal yang kurang penting.

2.Cintai Produk Indonesia.

Sebenarnya banyak produk Indonesia yang  berkualitas namun kurang dikenal di negara sendiri. Bahkan biasanya, produk tersebut harus terkenal dulu di luar negeri baru kemudian terkenal di negeri sendiri.  Padahal kalau dipikir-pikir, jika kita menggunakan produk Indonesia, itu artinya perputaran uangnya kemungkinan besar akan berada di Indonesia. Lagipula daripada jauh-jauh memperkaya orang yang tidak kita kenal di negara lain kan lebih baik memperkaya saudara sebangsa sendiri. Meskipun kita tidak kenal orangnya, tapi kita sudah membantu keberlangsungan usaha-usaha milik warga Indonesia yanga kan berdampak pada perekonomian Indonesia. Diatas itu mari belajar untuk membeli apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.

3.Kreatiflah

Menjaga sisitem stabilitas keuangan berarti kita harus belajar untuk kreatif. Tidak hanya mengemat pengeluaran yang kurang penting, tetapi bagaimana memanfatkan barang-barang atau hal-hal yang kurang bernilai menjadi memiliki nilai tambah. Seperti lahan kosong belakang rumah bisa ditanami tanaman cabai atau sayuran. Jadi kalau mau masak sayur ga usah beli lagi udah tinggal ambil sayur di belakang rumah. Kalau kita tidak punya lahan atau ngekost. Kita bisa menggunakan bekas botol minuman atau kaleng cat bekas sebagai wadah untuk tanahnya. Menggunakan botol bekas sebagai tempat pengganti detergen, menyulap plastik bekas, kardus bekas menjadi kerajinan tangan dan lain-lain.

Selain peran warga negara Indonesia tentu, Bank Indonesia dan OJK sangat berperan penting dalam menjaga sisitem stabilitas keuangan. Pengawasan menjadi salah satu tugas yang penting untuk menjaga kestabilan sisitem keuangan Indonesia. Kenapa terjadi korupsi, atau kegagalan dalam pelakasanaan kebijakan, umumnya hal ini terjadi karena masih kurangnya pengawasan ditegakkan di negara kita. Karena dengan pengawasan yang baik, ketika ada hal-hal seperti lembaga keuangan bank maupun non bank yang mengalami “sesuatu yang kurang baik”, maka bila BI dan OJK mengawasinya, permasalahan tersebut akan lebih cepat untuk diatasi. Sebagai lembaga yang mandiri dan independen, kita berharap Bank Indonesia dan OJK dapat melakasanakan tugasnya sebagai mungkin. Begitupula dengan kita dapat mendukung tugas lembaga ini secara aktif. Sehingga walaupun ada terjangan sana sini di negara kita. Peristiwa krisis moneter tahun 1998 tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah Indonesia. Bersama kita bisa. Menjaga stabilitas sistem keuangan berarti menjaga diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun