Mohon tunggu...
carrisa permana
carrisa permana Mohon Tunggu... -

Ketika ragu menghampiri, ikuti kata hati. Beri pertanyaan, temukan sebuah jawaban. Belajarlah tuk mempercayai hati.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Satu Hari Tanpa Hujatan

20 April 2014   07:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saling serang, Saling sindir saling hujat, saling fitnah, itulah hal yang terbiasa kita lihat dan kita dengar, baik di layar kaca, cetak atau pun media social. Kekuasaan, fanatisme, arogansi telah membuat jurang pemisah antara anak bangsa di negeri ini. Hal tersebut adalah kenyataan yang membuat pilu hati kita seolah tidak ada perbedaan yang bisa kita toleransi, tidak ada persamaan yang dapat kita akui bersama. Hal ini pun menandakan bahwa pelaku demokrasi kita belum dewasa. karena mereka lebih mengedepankan ambisi untuk kekuasaan daripada kualitas yang akan mereka lakukan sebagai pemimpin bangsa.

Kita sama sama meneriakkan peduli, fokus berkinerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, demi kemajuan Indonesia, Kita semua mempunyai visi misi dan tujuan yang sama hanya cara yang kita tempuh mungkin berbeda, Layakkah kita berseteru, dengan saling sindir, menghujat, fitnah atau pun harus membongkar aib pihak lain, di depan media, atau khalayak ramai?

Kita tak pernah menunjukkan kedekatan hati kita satu sama lalin sebagai anak bangsa.,justru kita malah memperkeras suara kita, menegaskan langkah langkah kita dengan sindiran, hujat bahkan fitnah dengan membuka aib seseorang tokoh yang dihormati di muka awak media,

Wahai politikus dan pendukungnya, dengan tindakan tindakanmu yang seperti itu,bukan saja  dirimu telah memberikan pelajaran politik yang tidak baik untuk rakyat,  tapi juga hilangnya rasa malu di dirimu pada rakyat. Padahal rakyatlah  yang akan menjadi tujuan akhir dari visi misimu itu, rakyat yang akan memilihmu sebagai pemimpinnya kelak.

Aku teringat dengan pernyataan teman, bahwa kritiklah dengan bijak demi kemaslahatan rakyat pemimpin yang sedang berkuasa, tapi hormatilah mereka ketika turun dari tahta, dan hormatilah juga bagi mereka yang bersiap siap nai ke mimbar penguasa sebagai penggantinya.

Marilah kita introspeksi diri, turunkan emosi dan ego , lalu samakan visi misi dengan saling mengingatkan satu sama lain, saling menguatkan tali persaudaraan antara anak bangsa. Karena dalam persaudaraan kelebihan merupakan kekurangan pada pemimpin yang lain, dan kekurangan merupakan kelebihan pada  pemimpin yang lain.  Mari kita amalkan 4 pilar yaitu 4 penyangga yang menjadi panutan dalam keutuhan bangsa indonesia yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. sehingga kita mampu kepada kepribadian bangsa Indonesia yang selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong dalam menciptakan surga di tanah airnya sendiri.

Mari kita kuatkan persatuan, kesatuan dan persaudaraan kita, jangan biarkan pihak lain atau orang asin gmengambil kesempatan pada tiap tiap pergantian kekuasaan, Mari kita wujudkan dengan satu langkah kecil satu hari tanpa hujat, untuk menghilangkan polusi polusi pendapat baik yang ada di media elektronik, cetak dan media sosial, Sehingga nantinya kita mampu melakukan politik santun yang lebih mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara, daripada kepntingan pribadi atau pun golongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun