Mohon tunggu...
Carolus Putranto Tri Hidayat
Carolus Putranto Tri Hidayat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menghitung hari, menghitung waktu...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kisah Insani di Tanah Suci

4 Maret 2014   23:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_315105" align="aligncenter" width="411" caption="Ibu Kebebasan yang meratapi kematian anaknya"]

13939228421833445564
13939228421833445564
[/caption]

[caption id="attachment_315106" align="aligncenter" width="383" caption="Singa Yehuda menerkam burung perdamaian "]

1393922898443023084
1393922898443023084
[/caption]

[caption id="attachment_315107" align="aligncenter" width="407" caption="Protes untuk kebebasan dan perdamaian"]

1393922986303242744
1393922986303242744
[/caption]

Ada satu pamflet berkisah tentang seorang ibu yang gigih menyiapkan roti untuk keluarganya meski otoritas Israel telah memutuskan aliran gas dan listrik. Di depan pasukan Israel yang datang untuk memadamkan api untuk membuat roti, sang ibu berseru,"Pergi kalian. Katakan pada komandan kalian, kami akan bertahan dengan segala cara... Sebab, apa yang diciptakan Allah tidak boleh dihancurkan manusia."

[caption id="attachment_315108" align="aligncenter" width="390" caption="Kisah ibu pembuat roti"]

13939232581198207704
13939232581198207704
[/caption]

Beragam coretan dan pamflet tersebut seolah menjadi juru bicara dari hati warga Arab Palestina. Menyaksikan kesaksian di dinding tembok beku itu, saya teringat kata-kata Yesus," Jika orang-orang ini dipaksa diam, maka batu-batulah yang akan berteriak." Tembok pemisah menjadi tembok pewarta berkat kegigihan hati warga Betlehem yang tidak pupus harapan dalam memperjuangkan kebebasannya. Mereka sadar, yang jauh lebih berbahaya dari tembok pemisah yang terbuat dari beton adalah tembok pemisah yang dibangun dari prasangka dan kebencian di dalam hati manusia; itulah "tembok pemisah" yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, mereka sadar untuk tidak lagi mengandalkan kekuatan fisik senjata dalam perjuangannya, tetapi juga memberi tempat pada persekutuan dan doa. Maka, setiap warga Arab Palestina, Kristen maupun Islam, juga bersatu dalam doa, sebagaimana disimbolkan dengan letak basilika kelahiran Yesus dan mesjid kota yang berdampingan.

[caption id="attachment_315109" align="aligncenter" width="403" caption="Basilika Kelahiran Yesus bersebelahan dengan mesjid utama kota Betlehem"]

13939238051679353204
13939238051679353204
[/caption]

Para warga kota pun mengundang kami untuk berdoa agar kedamaian lahir kembali di bumi Palestina sebagaimana pernah terjadi 2000 tahun yang lalu.

[caption id="attachment_315110" align="aligncenter" width="437" caption="Undangan untuk berdoa bagi perdamaian "]

13939242071754275732
13939242071754275732
[/caption]

Yerusalem memang hanya berjarak lebih kurang 8 km dari Betlehem. Sebagian besar warga Arab Palestina menempuh jarak itu untuk mempertahankan hidup. Di Yerusalem pula terdapat banyak tempat suci bagi umat Yahudi, Kristen dan Islam. "Di mana orang ditindas karena alasan suku dan agamanya, di tempat itulah pusat semesta," begitu tulis Elie Wiesel, pengarang Yahudi yang sempat dikurung dalam kamp konsentrasi sewaktu masih berusia dini. Yerusalem menjadi tempat suci, bukan sekedar karena alasan rohani tetapi juga karena alasan insani: di sinilah harapan akan surga berpadu dengan pahitnya pengalaman neraka dunia dalam bentuk penindasan dan pembantaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun