Mohon tunggu...
Carol Kwms
Carol Kwms Mohon Tunggu... lainnya -

Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penembakan massal dan Korupsi di Amerika

18 Desember 2012   20:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1355859279402942109

Kasus penembakan massal di Amerika Serikat begitu sering terjadi. Pada kamis 11 Desember, terjadi penembakan massal di pusat belanja di Oregon menewaskan 3 orang, saya tidak lagi kaget. Tapi hari Jumat itu, Desember 14, saya lebih dari kaget, syok, ngeri mendengar kasus penembakan di SD Sandy, Newtown, yang menewaskan 27 orang, 20 di antaranya anak-anak. Pasalnya, saya mendengar berita itu sepulang dari sebuah SD di Chicago setelah volunteer sebagai juri di Science Fair anak-anak SD. Saya coba bayangkan, bagaimana jika itu terjadi di SD tempat saya beraktivitas? Terbayang wajah anak2 SD yang polos, imut, lucu, dan pintar. Haduuh, mules perut saya. Selain itu, saya pikir kasus penembakan oleh si Joker di premier film Batman beberapa bulan lalu sudah paling buruk. Tidak akan ada lagi yang lebih buruk dari itu selama saya tinggal di AS. Ternyata?!? Seperti sudah saya prediksi, kalau penembaknya orang kulit putih, maka isu yang mengemuka adalah mental health dan gun control. Jika pelakunya orang hitam, maka isu utama yg akan dibahas adalah budaya kriminal dan gaya hidup rendahan kaum kulit hitam. Kalau orang hispanic yg berbuat maka isunya adalah imigran gelap dan bagaimana meninggikan atau memanjangkan dinding pemisah Mexico dan AS. Kalau orang Arab atau Muslim, makanya isunya adalah terorisme dan betapa Islam itu kanker dunia. Saya muslim yg "out of closet" (berpenampilan muslim) dan "thinking out loud". Saya sempat berharap, semoga bukan muslim yang melakukan penembakan brutal ini. Soalnya, seperti yang sudah-sudah saya harus amat hati-hati beropini agar tidak dianggap pendukung "teroris". Glenn Grenwald dalam artikel di Salon.com (2010/02/19) berjudul "Terrorism: the most meaningless and manipulated word" menulis, "The term now has virtually nothing to do with the act itself and everything to do with the identity of the actor, especially his or her religious identity. It has really come to mean: ”a Muslim who fights against or even expresses hostility towards the United States, Israel and their allies.” Jadi mari kita bahas mental health dan gun control. Tapi kalau mental health, pertanyaan saya, kenapa umumnya cuma ditujukan ke orang kulit putih, sekalipun ada indikasi kebencian dan kemarahan mendalam terhadap lingkungan sosialnya atau motif politik seperti kasus Jared Loughner (Tucson Shooting Rampage, Jan 2011)? "It seems clear based on Loughner's YouTube videos and MySpace page that he held a grudge against the U.S. government." (CBSNews, 2011/01/10) Jadi istilah "mental health"  itu seperti halnya "terrorism", tergantung siapa pelakunya. Percuma bahas ini karena sangat subyektif. Sedangkan kalau membahas gun control, maka pemerintah dan rakyat AS harus jujur mengakui parahnya praktek korupsi dan nepotisme  industri senjata dan militer AS. Senjata dan alat militer AS tidak hanya dipakai membunuh anak-anak tak berdosa di Amerika, tapi juga di belahan dunia lain. Jeremy Scahill, seorang jurnalis investigasi menanggapi kasus SD Sandy mengingatkan di twitternya: Sementara Peter Hart, seorang journalis independent dari Fair.org menulis: "What if Children Mattered No Matter Where They Lived–and Died?" Dia membandingkan kasus Adam Lanza dgn anggota pasukan AS, Sgt Robert Bales yg menembaki dan membakar 16 warga sipil Afghanistan, 9 di antaranya anak2. Perang dan obsesi rakyat AS terhadap senjata tentu membawa untung besar bagi industri senjata dan militer yang merupakan lahan basah korupsi dan nepotisme. Tak heran, presiden AS seperti macan ompong dalam hal gun control. Klip video di youtube memperlihatkan 3 presiden AS berturut2: Clinton, Bush, Obama menyampaikan keprihatinan atas kasus penembakan massal di sekolah dan kampus (Columbine 1999, Virginia Tech 2007, SD Sandy 2012). http://www.youtube.com/watch?v=8E8vHnNR2dI&feature=youtu.be" Tapi, kebijakan apa yang mereka terapkan setelah itu? Tidak ada. Dalam tulisannya di Hufftington post, "The NRA Knows Corruption. Just Ask Jack Abramoff", Josh Horwitz, Executive Director of the Coalition to Stop Gun Violence membeberkan praktek korupsi dan nepotisme NRA dgn anggota kongres AS. NRA (National Rifle Association) adalah organisasi yg menentang keras gun control di Amerika. Seperti disebut dalam artikel di atas, "There is NRA board member Grover Norquist, who MSNBC host Lawrence O'Donnell described as "the most powerful man in America who does not sleep in the White House." Jack Abramoff adalah seorang pelobi kelas atas partai Republik. Pada 2006, ia terdakwa KKN melibatkan banyak anggota kongres AS. Hukumannya HANYA 43 bulan penjara SAJA. Setelah bebas ia menulis buku, "Capitol Punishment: The Hard Truth About Corruption From America's Most Notorious Lobbyist." Misinya sekarang ingin memberantas korupsi di Amerika. Anggota kongres yang terbukti KKN dengan Abramoff rata-rata hanya diskor atau mengundurkan diri. Kalau tidak salah hanya Bob Ney, anggota kongres dari Ohio yang ditahan 2 1/2 tahun karena terbukti menerima suap dari Abramoff. Untuk mengetahui dashyatnya kasus Abramoff ini silakan lihat trailer film dokumenter "Casino Jack and the United States of Money" yang dirilis tahun 2010. http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=xRqvrHw2G2w Slogan di akhir trailer" If you think your government isn't for sale, then you don't know Jack. Come See where your democracy went." Hollywood juga membuat versi dramatisasinya berjudul "Casino Jack" dibintangi Kevin Spacey. Sementara menurut laporan CNN Feb 2011, DoD (Dept of Defense) AS katanya, "too big to... audit." "The Defense Department is big, with a military budget larger than most countries' entire economy. The department says it's this enormous size that complicates its financial reporting." "They are at a higher risk of waste, fraud and abuse ... the magnitude is virtually impossible to say," said David Walker, a former U.S. comptroller general. Kalau diaudit, maka DoD harus menjelaskan di antaranya: 1. Report: Pentagon lost almost 200,000 weapons in Iraq (CNN, 2007) 2. Pentagon: Over 1000 Nuclear Weapon Parts Missing? (HuffPost, 2008) 3. Pentagon overpaid oilman by up to $200 million (Washington Post, 2011) Kabarnya, DoD berjanji mengakhiri budaya "don't ask, don't tell' budgeting" atau "don't ask us how we're spending money because we can't tell you" kelak pada tahun 2014. Let's Wait and See. Mengakui dan membahas secara terbuka KKN antara permerintah industri militer AS adalah hal penting dalam upaya gun control. Sayangnya, setiap kali terjadi penembakan massal, tidak ada pihak baik dari pemerintah maupun Mainstream Media AS yang mengingatkan rakyat akan praktek KKN ini. Ref: http://www.salon.com/2010/02/19/terrorism_19/ http://twitter.com/jeremyscahill/status/280676780468211715 http://www.fair.org/blog/2012/12/17/what-if-children-mattered-no-matter-where-they-lived-and-died/ http://www.huffingtonpost.com/josh-horwitz/the-nra-knows-corruption_b_993695.html http://www.cnn.com/2011/POLITICS/02/25/defense.department.audit/ http://www.cnn.com/2007/WORLD/meast/08/06/iraq.weapons/index.html http://www.huffingtonpost.com/rob-kall/pentagon-over-1000-nuclea_b_108225.html http://articles.washingtonpost.com/2011-03-17/politics/35260139_1_pentagon-audit-fuel-contracts-harry-sargeant http://www.huffingtonpost.com/2012/08/20/tom-coburn-pentagon-audit_n_1812229.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun