Mohon tunggu...
Carol Kwms
Carol Kwms Mohon Tunggu... lainnya -

Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mafia Sapi Bekerja untuk Siapa?

14 Agustus 2015   23:46 Diperbarui: 15 Agustus 2015   00:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ternyata Australia parah juga.

Tidak hanya di Indonesia, harga daging sapi di sana juga naik. Ini bukan karena kelangkaan sapi tapi karena ekspor sapi dinilai lebih menguntungkan bagi industri sapi Australia daripada dikonsumsi rakyatnya sendiri.

Pemerintah Australia memaksa Indonesia menyerap semua target ekspor sapinya. Ketika kuota impor dipangkas oleh mantan mendag Rachmat Gobel, pemerintah Australia mengaku kelabakan harus mencari pasar ekspor sapi selain Indonesia.

Mereka juga menuntut Indonesia menetapkan kuota impor sapi per tahun sehingga lebih menguntungkan industri sapi Australia. Padahal, Indonesia sudah sejak jaman SBY ingin swasembada sapi. Tapi pemerintah Aussie seperti pemerintah boneka yang lebih suka memperjuangkan keuntungan industri sapi daripada kepentingan rakyatnya sendiri.

Idealnya, Indonesia bebas berswasembada sapi dan Australia mengkonsumsi sapi mereka sendiri sehingga harga daging sapi di kedua negara bisa sama-sama rendah.

Tapi keserakahan industri sapi mendorong pemerintah Australia memaksa pemerintah Indonesia untuk terus tergantung pada impor sehingga kendali harga dipegang industri, bukan tergantung supply dan demand ataupun intervensi pemerintah kedua negara.

Abc.net.au (7 July, 2015) melaporkan keuntungan yang didapat oleh industri sapi dengan menahan sapi di pusat penggemukan (feedlot) Australia dan Indonesia:

"CPC's revenue rose 38 per cent in the 12 months to $88.5 million, helped by a strategy to hold cattle for longer at feedlots in Australia and Indonesia, to improve overall value per head."

Tak heran jika mantan mendag Rachmat Gobel mencurigai ada mafia feedlot yg menyebabkan harga daging sapi naik.

Ia mengklaim, ketersediaan daging sapi di tempat penggemukan sapi (feedlot) cukup untuk 2-3 bulan ke depan. "Saya sudah sampaikan ke Menteri Pertanian, stok di feedlot cukup. Isu kelangkaan karena ada yang menahan. Ini ranahnya pidana," kata Rachmat di Jakarta, Senin (10/8/2015).

Semoga presiden dan semua menteri2 terkait tetap teguh dengan rencana swasembada sapi dan memutus ketergantungan impor sapi dari Australia dengan jalan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun