Sejarah yang seharusnya dikenang oleh seluruh rakyat Indonesia malah menjadi “boomerang” bagi mereka sendiri. Makam Mbah Priuk yang selalu menjadi tempat penziarahan warga muslim, kini jadi perebutan. Entah siapa yang memprovokasi ini semua. Dan mengapa semua langsung menggunakan emosi mereka dalam bertindak.
Berita penggusuran Makam Mbah Priuk menyebar. Benarkah ini proses penggusuran? Atau kah hanya permainan para penguasa?
Saya memang tidak terlibat langsung di dalamnya. Tapi perasaan ini merih mendengar kabar tersebut. Sampai malam tadi korban luka – luka sudah mencapai 134 orang. Setengahnya adalah anggota Satpol PP dan Polri. Yang juga mengejutkan adalah adanya korban jiwa dalam peristiwa ini. Dari data yang ada sampai malam tadi, ada dua korban tewas. Ahmad Tajudin dan M. Soepono, keduanya adalah anggota Satpol PP.
M. Soepono meninggalkan seorang istri dan dua putri. Pria yang berusia 40 tahun ini sudah bergabung dengan Satpol PP sejak tahun 2002. Dia tergabung dalam Satpol PP Jakarta Utara. Soepono tewas dalam bentrokan antara Satpol PP dan masa di Koja kemarin. Jenasah Soepono baru ditemukan sekitar pukul 23.00 di antara peti kemas. Soepono akan dimakamkan di TPU Budi Dharma. (detik.com)
Seorang lain dari petugas yang juga menjadi korban, Ahmad Tajudin. Pria kelahiran 1 September 1983 ini terkena serangan dari masa saat tubuhnya jatuh di depan makam. Masa kemudian menyerangnya secara membabi buta. Ahmad dipukuli dan badan nya penuh luka sayatan celurit. Peristiwa ini cukup membuat keluarga terpukul. Anak ke 11 dari 13 bersaudara ini mempunyai rencana untuk menikahi kekasihnya di bulan Oktober nanti. Keinginannya ini memang belum di sampaikan ke pihak keluarga perempuan, tetapi sudah disampaikan ke keluarga nya. Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan juga yang menentukan. (detik.com)
Entah apa yang merasuki para masa yang ada di Koja kemarin. Yang jelas terlihat, tinggal tersisa penyesalan dan juga kerugian yang cukup besar, baik moril maupun materi. Kejadian yang tidak berperikemanusiaan ini begitu meninggalkan duka mendalam. Tak hanya bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga bagi teman – teman dari korban Ahmad Tajudin di Kampus STIE Kasih Bangsa.
Setelah pengorbanan mereka, akan kah ada perubahan yang lebih baik? Ataukah tetap seperti ini tanpa ditemukan jalan damainya? Kepada seluruh pihak yang berwenang, hargailah setiap pengorbanan jiwa – jiwa ini. Demi mereka buatlah Negara ini menjadi lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H