PERBEDAAN ANTARA INSEMINASI DAN BAYI TABUNG
Oleh: Dr Caroline Tirtajasa SpOG(K)
Inseminasi intrauterin adalah salah satu prosedur reproduksi berbantu dimana sperma suami dicuci (dipreparasi) kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri melalui kateter kecil. Prosedur ini memerlukan saluran telur yg berfungsi normal, kuantitas dan kualitas sperma yg baik dan sel telur matang (diameter minimal 18 mm) saat masa subur.
Pada Inseminasi, pembuahan atau fertilisasi (bertemunya sel sperma dengan sel telur) terjadi secara alami. Tingkat keberhasilan kehamilan dengan prosedur ini kurang lebih sekitar 15% pada kondisi saluran telur, sperma dan sel telur yg baik.
Pada tahap awal pasangan infertilitas yg akan melakukan prosedur Inseminasi harus melakukan pemeriksaan dasar Fertilitas yang meliputi HSG (Histerosalpingografi) untuk menilai apakah ada sumbatan di saluran telur, Analisis Sperma untuk menilai konsentrasi, kecepatan dan bentuk sperma serta pemeriksaan profil hormon reproduksi istri. Berdasarkan hasil pemeriksaan dasar fertilitas ini (HSG, Analisis Sperma dan profil hormon) barulah ditentukan protokol stimulasi untuk Inseminasi. Stimulasi ovarium adalah proses pembesaran sel telur di indung telur (ovarium) dengan menggunakan obat khusus stimulasi ovarium yg macam dan dosisnya akan ditentukan berdasarkan penilaian respons indung telur pada hari ke 11 dari siklus haid. Biasanya proses stimulasi dimulai pada hari ke 3 dan akan dilakukan USG transvaginal untuk menilai respons indung telur terhadap obat stimulan pada hari ke 11.
Stimulasi ovarium akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan obat-obat stimulan yang paling sederhana dan dapat ditingkatkan dosisnya atau diganti dengan obat stimulan lain yang lebih kuat tergantung dari respons indung telur masing-masing individu. Respons baik yang diharapkan adalah didapatkannya sel telur matang (diameter minimal 18 mm) berjumlah satu atau lebih dari satu pada hari ke 11 siklus haid yang terlihat dengan pemeriksaan USG transvaginal. Jika respons baik ini tidak didapatkan maka obat stimulan akan ditingkatkan dosisnya atau diganti dan dievaluasi ulang pada siklus berikut.
Sesudah didapatkan seltelur matang pada hari ke 11 maka pasangan akan dianjurkan untuk berhubungan alami 2 hari sekali atau dapat juga mencoba prosedur Inseminasi jika dengan berhubungan alami selama beberapa bulan tidak hamil juga. Jika akan lanjut Inseminasi maka di saat sel telur matang dengan jumlah lebih dari satu didapatkan, akan disuntikkan obat pemecah sel telur dan prosedur Inseminasi akan dilakukan 36 sampai 40 jam setelah obat pemecah sel telur disuntikkan.
Pada hari Inseminasi, suami mengeluarkan sperma yg akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan preparasi atau pencucian sperma. Prosedur preparasi sperma ini dapat berlangsung antara 2 sampai 3 jam. Setelah selesai maka sperma yang telah selesai dipreparasi akan dimasukkan ke dalam rahim istri melalui kateter kecil. Setelahnya, istri akan istirahat baring 1 jam dan boleh langsung pulang. Hasilnya akan didapatkan kurang lebih 2 minggu setelah inseminasi. Jika haid lagi berarti prosedur Inseminasi gagal dan jika ingin mengulang program, pasien dianjurkan kontrol saat haid hari 1 atau 2. Sebaliknya jika telat haid 1 minggu, lakukanlah pack test atau tes kehamilan melalui urin . Jika hamil akan didapat 2 garis yg menandakan terjadinya kehamilan.
Berbeda dengan Inseminasi, Bayi Tabung atau IVF (In Vitro Fertilization) dilakukan dengan prosedur yang lebih kompleks melibatkan laboratorium khusus bayi tabung, prosedur stimulasi dengan obat suntikan di perut setiap hari, prosedur Panen Sel Telur atau Ovum Pick Up (OPU) yang memerlukan anestesi atau pembiusan dan terakhir Embrio Transfer (ET) atau dimasukkannya embrio atau calon janin kecil ke dalam rahim istri.
Sebelum memulai prosedur bayi tabung maka pasien harus melengkapi pemeriksaan dasar fertilitas yang telah disebutkan di atas berikut beberapa pemeriksaan tambahan lain untuk prosedur OPU dan ET. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini akan ditentukan protokol stimulasi apakah akan digunakan Long Protocol atau protokol panjang dimana suntikan sudah dilakukan sejak hari ke 21 dari siklus haid. Atau Short Protocol (protokol pendek) dimana suntikan sudah dimulai dari hari ke 2 haid.
Pada haid hari 1 akan dilakukan USG transvaginal dan pemeriksaan hormon dari darah untuk memastikan tidak ada kista di indung telur dan kadar hormon dasar sebelum proses stimulasi dimulai. Proses stimulasi ovarium dilakukan dengan obat stimulan yang disuntikkan sekali setiap hari pada jam yang sama di lemak perut yang biasanya dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Setelah 5 hari pasien akan melakukan kontrol dengan pemeriksaan hormon darah dan USG transvaginal untuk melihat respons indung telur. Berdasarkan respons yang didapat ini maka akan ditentukan apakah obat stimulan akan ditambah dosisnya atau tetap. Setelahnya kontrol dan penilaian dilakukan tiap 2 hari sampai didapatkan sel telur matang (minimal diameter 19 sampai 20 mm) dengan jumlah minimal 3 buah. Selanjutnya akan disuntikkan obat pemecah telur dan prosedur OPU atau panen sel telur akan dilakukan 36 sampai 40 jam setelah obat pemecah telur disuntikkan.