Universitas Airlangga (UNAIR) adalah perguruan tinggi terkemuka yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, dan didirikan pada tahun 1954. UNAIR telah berkembang menjadi pusat pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang diakui secara nasional dan internasional. Universitas ini memiliki komitmen untuk menghasilkan lulusan yang kompeten serta memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. UNAIR menawarkan berbagai program studi di lebih dari 14 fakultas, mencakup bidang seperti kedokteran, hukum, ekonomi, sains, hingga ilmu sosial dan humaniora. Pendekatan pendidikan interdisipliner yang diterapkan di UNAIR mendorong kerja sama antar bidang untuk menyelesaikan masalah kompleks di masyarakat. Salah satu fakultas unggulan di UNAIR adalah Fakultas Kedokteran Hewan, yang memiliki Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga (RSH-UA). RSH-UA menyediakan layanan kesehatan hewan dengan berbagai fasilitas medis modern, termasuk instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah, dan laboratorium diagnostik. Rumah sakit ini menjadi bagian dari komitmen UNAIR dalam mendukung sektor kesehatan hewan di Indonesia. Misalnya, memiliki Instalasi Rawat Jalan yang menjadi tempat pemeriksaan hewan pasien yang datang untuk pengobatan atau konsultasi tanpa perlu dirawat inap. Instalasi Rawat Inap terdapat di lantai dua, memberikan perawatan bagi hewan yang membutuhkan perhatian lebih intensif dengan fasilitas ruang tidur yang nyaman dan terawasi. Terdapat Instalasi Bedah yang dilengkapi dengan ruang operasi yang steril dan peralatan canggih untuk mendukung prosedur bedah hewan. Instalasi Ultrasonografi dan Radiologi juga berlokasi di lantai ini, memberikan diagnosa melalui pemindaian gambar tubuh hewan menggunakan teknologi ultrasound dan sinar-X. Beralih ke Instalasi Hematologi yang menangani pemeriksaan darah dan analisis laboratorium untuk mendukung penanganan berbagai penyakit pada hewan. Instalasi Farmasi juga tersedia di lantai ini, menyediakan obat-obatan yang diperlukan untuk perawatan hewan, baik yang rawat jalan maupun rawat inap. Fasilitas-fasilitas ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap hewan yang membutuhkan perawatan medis mendapat perhatian yang maksimal dengan didukung oleh teknologi medis terkini serta tenaga medis yang terampil dan profesional. Penyakit Toxoplasmosis pada Hewan Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang dapat menyerang berbagai jenis hewan, termasuk mamalia dan burung. Pada hewan, terutama kucing yang merupakan host definitif dari parasit ini, infeksi dapat menyebabkan gejala-gejala seperti demam, lemas, gangguan pernapasan, dan gangguan saraf. Infeksi ini dapat menular ke manusia (zoonosis) melalui paparan kotoran kucing yang terkontaminasi atau konsumsi daging mentah yang terinfeksi parasit tersebut. Pada hewan peliharaan seperti kucing atau anjing, toxoplasmosis sering kali tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, namun dapat berisiko pada hewan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada manusia, terutama ibu hamil, toxoplasmosis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti keguguran atau kelainan pada janin. Penanganan Toxoplasmosis pada Hewan Penanganan toxoplasmosis pada hewan melibatkan pemberian obat antiparasit, seperti clindamycin atau sulfadiazine, yang membantu menghambat perkembangbiakan parasit dalam tubuh hewan. Selain itu, pengobatan simptomatik juga dilakukan untuk meringankan gejala yang muncul, seperti pemberian obat penurun demam dan perawatan suportif untuk menjaga kestabilan kondisi hewan. Jika infeksi terdeteksi lebih awal, pengobatan dapat dilakukan dengan efektif, namun jika sudah parah, dampaknya bisa lebih sulit untuk diatasi. Selain pengobatan medis, penting juga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah kontak hewan peliharaan dengan kotoran kucing atau sumber infeksi lain yang dapat menularkan Toxoplasma gondii. Edukasi pemilik hewan mengenai cara pencegahan, seperti menjaga kebersihan kandang, menghindari pemberian daging mentah, serta rutin memeriksakan hewan ke dokter hewan untuk deteksi dini, sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini.
REFERENSI
Rahman, I. and Nur, A. (2020). Resiko Kejadian Toxoplasmosis Dilihat Dari Feses Kucing Liar di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie Ternate. Kieraha Medical Journal, 2(2), 109--112.
Rahman, I. and Nur, A. (2022). Identifikasi Toxoplasma Gondii Terhadap Feses Kucing Peliharaan Sebagai Sumber Penyebaran Toxoplasmosis di Kota Ternate. SAINTIFIK: Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya, 8(2), 146--150.
Rahman, I. and Nur, A. (2023). Identifikasi Toxocara Cati Terhadap Feses Kucing Liar Sebagai Sumber Penyebaran Toxocariasis di Kota Ternate. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Kesehatan, 6(2), 169--172.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H