Mohon tunggu...
Carolina Bastian
Carolina Bastian Mohon Tunggu... -

If we all discovered that we had only five minutes left to say all that we wanted to say, every telephone booth would be occupied by people calling other people to tell them that they loved them... #One of my fav quote ... follow my twitter: @olinbastian ... thank you :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rain, Blanket, A Cup of Tea, and Jazz Songs...

2 Oktober 2011   17:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat iseng membaca timeline twitter, aku tak sengaja membaca tweet berikut: Galau has never been this perfect.. Rain, blanket, a cup of tea, and jazz songs.. Nanar hatiku membaca tweet tersebut. Ku pindahkan pandangan dari lappie (baca: laptop) ke jendela kamar yang berada tepat di sebelah kiriku. Pelan-pelan kusibak tirainya dan tampaklah tarian hujan yang indah di luar sana. Tariannya cepat seirama, bagaikan diiringi lagu cha-cha. Aku bergeming menatap hujan. Setahun yang lalu, apabila ada hujan deras turun seperti ini, kau akan menyeduhkanku secangkir hangat teh chamomile. uapnya bergulung-gulung ke udara, tercampur dengan wangi tanah yang termandikan oleh hujan. Aku sangat menyukai aroma itu. Aroma yang sangat menenangkan. Sama menenangkannya seperti dirimu. Ah racun sekali tweet tadi, pikirku. Kutepuk pelan pipiku agar segera sadar dari kenangan yang membunuh ini. Kuedarkan pandangan ke sekeliling tempat tidurku, ada seoonggok selimut tebal bercorak winnie the pooh menutupi sedikit bagian kakiku. Aku terhenyak, kembali larut dalam memori setahun yang lalu. Biasanya setelah menyuruhku meminum sedikit teh chamomile, kau akan memijat kakiku dengan minyak kayu putih sambil menatap mataku hangat. Hanya kau yang tahu bahwa aku selalu kedingingan saat hujan turun. Tak peduli bahwa kipas angin butut dikamarku itu sudah dimatikan atau belum. Aku selalu menggigil saat hujan turun deras. Selalu. Setelah puas memijat kakiku, biasanya kau akan duduk disampingku, merengkuhku dalam kehangatan. Bergelung seperti kucing di sofa dengan selimut tebal menutupi tubuh kita berdua. Kita mampu bergelung dalam diam seperti itu selama semalam penuh diiringi lagu-lagu jazz favoritmu yang mengalun pelan dari ipod.

Beep.. Beep...

Aku tersadar dari lamunan panjang yang membutakan pikiranku. Warna merah terlihat berkedip-kedip di layar blackberryku. Ada bbm dari Ryan, pacar baruku. Ryan: Di Semanggi hujan deras, sayang. Di Rawamangun hujan juga? Jemariku langsung lancar mengetik balasan, "Iya di sini hujan juga.."

Beep.. Beep...

Ryan: Kamu langsung tidur aja ya. Aku gak jadi ke sana. Hujan deres gini repot kalo bawa mobil. Ga papa kan? Aku: Iya gapapa. Kamu puter balik aja, pulang  ke rumah sana. I L U. Ryan: Muach.. I L U M... (baca: I love u more) Aku tak membalas bbm Ryan. Mungkin dia bingung mengapa tanda di bbm-nya sudah R (baca: Read), tapi tidak ada balasan dariku. Dia pasti berpikir bahwa aku sedang marah. Tidak, aku tidak marah. Pikiranku hanya sedang melintasi ruang dan waktu, menembus jauh menuju memoriku saat bersama denganmu. Lima tahun kita bersama meniti indahnya lembayung cinta. Tak disangka harus menemui akhirnya di satu tahun yang lalu. Aku menghirup wewangian dari teh chamomile yang baru saja kuseduh. Wangi, menenangkan, seperti dirimu dulu. Kupijat pelan telapak kakiku sambil mencoba menahan laju air mata yang mungkin sebentar lagi akan menderas seperti laju air di hulu sungai. Kueratkan pelukan selimut winnie the poohku, mencoba untuk menahan rasa dingin yang ini mulai menjalari tubuhku. You by Basil Valdez mengalun pelan dari tape di pojok kamar. Malam ini, tepat setahun setelah kepergianmu untuk selamanya karena kecelakaan pesawat itu, segala sesuatu tentangmu masih terpatri jelas di ingatatanku. Bahkan walaupun pelukanmu kini sudah tergantikan oleh pelukan Ryan, ada sebagian dari dirimu yang masih melekat di batinku. Karena walaupun sudah ada yang baru mengisi hari-hariku, tiap hujan deras turun kamu akan selalu menjadi Rain, Blanket, a Cup of Tea, and Jazz Songs tersayangku... I love you... *terinspirasi setelah membaca tweet seseorang, 3 Oct 2011, 12:46 AM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun