Dear Diary,
Weekend ini aku ada last class CS.Management (perusahaan yang sedang aku rintis bersama teman-teman) untuk kelas "Story Telling Basic Class" yang aku buat 3 sesion dan diakhiri dengan parade kisah. Sangat memuaskan hasilnya, jujur aku sempat pesimis karena ada beberapa peserta yang sulit menghapal materi dan performance nya masih dibawah standar. Tapi hari ini aku dibuat takjub oleh penampilan mereka semua. Satu hal yang bisa aku ambil pelajaran adalah bahwa mereka bekerja keras dari awal hingga hari terakhir ini. Selain tes, aku memberi mereka bonus; berupa Performance ku dan juga "mencoba panggung".Â
"Selesai?" "udah.." "Seneng banget kamu, Tris" "Iya nih...aku ga nyangka penampilan mereka bakal sekeren itu, dan itu diluar dugaanku" "good job my girl" (sambil mengelus kepalaku) "apa siihh.." Adi tidak menjawab, sambil berlalu dia hanya tersenyum. Â "dasar aneh" (gerutuku dalam hati)
"Nih makan dulu!" Adi menyodorkan sebungkus nasi goreng, dan itu bukan penawaran melainkan perintah. "Iya.." kataku sambil membuka bungkusan nasi goreng. Tiba-tiba Adi ngomong sesuatu yang serius "kamu ingat ya, kalau tiba saat nya nanti, aku mau dikuburkan deket Bapakku, itu wasiatku, aku harus inget itu!" ("woooiii...emangnya gua siapa luuu?" dalam hati aku berteriak) "aku..aku ga bisa..itu terlalu berat buat aku" aku sebenernya ga kuat kalau dah ngomongin "masa depan kami". "Kenapa?" "yaa..coba aja kamu pikir..aku ini siapa? gilaa ya kamuu.." (aku agak kesal juga). "Boleh aku minta sesuatu  Di.." "Apaaa?" "Bisa ga kamu tuh ga ninggalin aku buat yang kedua kalinya?" "emang kapan aku ninggalin kamu?" "yang pertama: dikehidupan yang sekarang kamu dah ninggalin aku dengan takdir yang ada diantara kita, dan yang ke dua jika kamu meninggal, jadi bisa ga kalau yang yang kedua ga aku alamin?" "maksudnya?" "biar aku aja yang pergi menghadap Tuhan duluan" "kamu tuh..ya ga bisa, aku udah punya riwayat miras dan narkoba dulu dan organ vitalku sudah ada yang tidak berfungsi karena nya" "diii.." "dah ga usah ngomong yang aneh-aneh, kamu fokus sama masa depan dan cinta-cita kamu" Adi memutus omonganku tegas dan ga memberikanku kesempatan untuk berbicara lagi.Â
"Kamu jangan mencintai aku terlalu dalam" Tiba-tiba Adi berkata, aku langsung jawab "Dii, kalau aku bisa lupain kamu, itu udah aku lakukan dari kemarin" (God, hati ini merasa ditusuk-tusuk lagi). "Aku cuma pengen bisa melihat kamu bahagia sama pasanganmu, berdo'a dan tersenyum dari sudut ruanganku yang kecil ini suatu saat nanti" ("bisa diam ga sih" , umpatku dalam hati...karena kalau bisa minta kepada Tuhan aku inginnya kamu). Aku udah ga bisa ngomong apa-apa lagi, karena air mata ini sudah berlinang dengan deras.Â
Jujur sebenernya cuma ngobrolin "masa depan" (akhirat) yang paling bisa aku pinta sama Tuhan, karena aku dan Adi ga akan pernah bisa bersatu di kehidupan kami sekarang.Â
Sepulang dari kantor, aku mulai membuka kembali lap top ku dan mulai menyusun time schedhule untuk beberapa team yang telah aku buat. dan akhirnya dengan team yang sudah ada aku mengadakan meeting malam itu juga dan akan mulai starting point di awal bulan Desember ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H