Mohon tunggu...
Carmelita
Carmelita Mohon Tunggu... Pengacara - Managing Partner di The Clients' Law Firm

Pengacara wanita mempunyai latar belakang sebagai pemain bulutangkis pelatnas periode tahun 1993-2001.Tahun 2015 mendirikan The Clients Law Firm hingga sekarang. Saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Ilmu Hukum di Universitas 17 Agustus 1945.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Melatih Dengan Hati

23 Desember 2013   22:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13878552371017960059

[caption id="attachment_310896" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Tulisan ini tentunya saya buat dengan maksud untuk memajukan perbulutangkisan Indonesia, tidak ada maksud yang lain. Selama 15 tahun hidup saya berkecimpung di olahraga bulutangkis, sempat juga 7,5 tahun saya tinggal dan berlatih di Pelatnas PBSI Cipayung,saya melihat dan merasakan jika tidaklah mudah menjadi seorang pelatih. Pelatih yang bisa mencetak "Sang Juara " tentunya. Bukan hanya sekedar menjadi orang yang melatih. Pengamatan saya selama ini, jika seorang pelatih bisa mencetak seorang atlit menjadi seorang juara (juara Dunia, juara Olympiade, juara All England) mayoritas adalah mantan atlit yang sudah pernah menjadi penghuni Pelatnas juga, hanya mereka bukanlah seorang juara Dunia, juara Olympiade, juara All England. Kenapa bukan " Sang Juara" yang mencetak " Sang Juara " juga? Menjadi seorang pelatih, harus tahu dan sadar bahwa yang menjadi "Bintang" bukanlah dia lagi, tetapi anak didiknya. Dengan demikian dia harus menekan semua egonya demi mencetak anak didiknya itu menjadi seorang juara seperti dirinya. Itulah sebabnya amat jarang seorang " Sang Juara" dapat melatih dan mencetak "Sang Juara" juga karena ego yang sangat tinggi dari "Sang Juara" itu. Mereka tidak bisa melihat apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh anak didiknya, tetapi mereka hanya akan memberikan latihan yang persis sama dengan yang mereka lakukan dulu. Padahal belum tentu latihan tersebut cocok dengan anak didiknya sekarang ini. Saya tidak menyatakan semua "Sang Juara" tidak bisa mencetak juara, tetapi mayoritas. Karena ada Rexy Mainaky( Juara Olympiade, juara Dunia, juara All England) yang sudah terbukti berhasil juga mencetak juara, biarpun itu dia lakukan di negara lain ( Inggris dan Malaysia) Mantan-mantan pemain yang menjadi pelatih harus benar-benar melatih karena mereka suka dan senang menjadi pelatih. Passion dan spirit nya memang di sana. Bukan karena tidak ada keahlian lain yang dapat mereka lakukan selain menjadi pelatih badminton untuk mencari sesuap nasi. Karena hasil yang didapat terhadap anak didiknya tentu akan berbeda jauh dengan seorang pelatih yang betul-betul melatih dengan seluruh hatinya. Selain itu, dengan begitu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sudah seharusnya mantan pemain yang menjadi pelatih mengikuti lagi seminar, kursus, atau lebih baik lagi kuliah yang berkaitan dengan bidangnya itu. Karena pada masanya dulu tentu sudah berbeda keadaan dan situasinya dengan sekarang ini ( saat menjadi pelatih). Sehingga latihan-latihan yang diberikan tidak ketinggalan jaman lagi. Semoga bulutangkis Indonesia bisa bangkit dan berjaya lagi seperti 15 tahun yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun