Bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan, mangrove mungkin merupakan tanaman yang asing didengar ataupun dilihat secara langsung. Kehadirannya tidak bisa ditemui di taman ataupun hutan kota, karena mangrove hanya mampu tumbuh dan berkembang pada area pesisir. Tanpa disadari, mangrove memiliiki dampak yang sangat signifikan terhadap kelangsungan hidup manusia dan planet bumi secara keseluruhan.Â
Namun, keberadaan mangrove hingga saat ini terus terancama oleh pembangunan manusia yang tidak berkelanjutan. Terkhususnya di Indonesia, dimana mangrove kian disingkirkan secara sengaja. Masa depan Indonesia dan dunia kini bergantung dari bagaimana kita bisa melindungi, mengembalikan dan mengembangkan mangrove.
Pentingnya Mangrove dalam Ekosistem
Mangrove mungkin tidak seterkenal tanaman-tanaman lain yang banyak dijumpai, namun kehadirannya memiliki peran krusial dalam keseimbangan ekosistem. Mangrove adalah tanaman/kawasan ekosistem hutan yang terdiri dari pepohonan yang dapat hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi[1]. Tanaman ini hanya dapat ditemui si sepanjang garis pantai negara yang terletak di kawasan tropis ataupun sub-tropis.
Sayangnya, dibalik semua manfaat yang bisa mangrove berikan kepada ekosistem, keberadan nya saat ini terancam oleh pembangunan manusia yang tidak seimbang. Dari tahun 1980 -- 2000 setidaknya 35% luasan mangrove telah hilang, dan menjadi jenis hutan dengan tingkat deforestasi tertinggi[6]. Tanpa adanya hutan mangrove, jumlah penduduk yang tertimpa banjir pesisir akan bertambah 18 juta penduduk (meningkat 39%) setiap tahunnya[7].
Kondisi Keberadaan Mangrove di Indonesia Saat ini
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas hutan mangrove peringkat pertama di dunia sebesar 22.6% dan dengan keanekaragaman spesies tertinggi[9]. Tetapi bukannya menjadi negara yang mampu memberikan contoh baik dalam melakukan konservasi mangrove, Indonesia justru menjadi salah satu negara yang paling banyak menghilangkan mangrove. Luas awal lahan mangrove memiliki diperkirakan seluas 4.2 juta ha, tetapi sekarang hanya tersisa 2.4 juta ha saja[10]. Yang lebih memprihatinkan adalah hampir lebih dari setengahnya berada dalam kondisi yang rusak[11].