Kota Bandung merupakan kota terbesar ke-3 setelah Kota Jakarta dan Kota Surabaya dengan jumlah penduduk sebesar 2.4 juta, dengan jumlah penduduk komuter bisa mencapai 3.5 juta orang. Berdasarkan dokumen RPJMD Kota Bandung tahun 2014-2018 dibawah pemerintah Ridwan Kamil membawa tajuk perencanaan berupa pengembangan kota berbasis kota cerdas, atau yang biasa disebut sebagai Smart City. Pengembangan kota Smart City merupakan penurunan dari salah satu 9 strategi perencanaan untuk mengembangkan kota berbasis Teknologi Informasi Komunikasi.
Strategi tersebut dilanjutkan melalui pengembangan program-program tertentu, program yang berhasil dilaksanakan selama kepemerintahan Ridwan Kamil untuk mewujudkan kota berbasis Smart City adalah sebagai berikut : Bandung Control Room,Wifi Kantor Pemerintahan, LAPOR (citizen report), pajak online, dan redesign website pemerintah.Â
Bandung Control Room atau yang lebih dikenal sebagai Command Center merupakan tempat berbasis teknologi informasi untuk memonitor pergerakan dari penduduk untuk dapat merespon segala permasahalan secara cepat dan tanggap. LAPOR merupakan wadah informasi berbasis media sosial untuk dapat menjaring permasalahan-permasalahan secara bottom up oleh masyarakat itu sendiri yang kemudian akan ditanggapi oleh pemerintah secara realtime.
Pengembangan kota dengan konsep Smart City berdasarkan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas lebih menekankan bermula dari keresehan akan rendahnya nilai tata kelola kota dalam indeks pembangunan berkelanjutan. Tata kelola menjadi salah satu aspek untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan, dengan adanya konsep Smart City maka tata kelola pemerintah dapat menjadi salah satu pendorong aspek lainnya dalam mewujudkan kota yang cerdas. Berikut ini merupakan tabel indeks keberlanjutan kota-kota di Indonesia:
Smart Mobility menekankan pada pergerakan yang efisien secara intensitas, kualitas, dan mengutamakan integrasi antar moda. Smart Economy merupakan pengembangan ekonomi mandiri yang memberdayakan masyarakat yang saling berkolaborasi antar pihak untuk meningkatkan capital sebaik-baiknya.  Dijelaskan melalui bagan berikut:
Indikator yang ditetapkan adalah: adanya media partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi informasi di area public, dan pengembangan infrastruktur berbasis TIK. Pemerintah Kota Bandung masih belum menjamah pengembangan transportasi public berbasis teknologi yang dapat mendorong ke efesiensian, baru sebatas kepada pemantauan yang dilakukan secara real time. Pemerintah Kota Bandung juga masih belum menyediakan transportasi public yang terintegrasi karena baru sebatas rencana yang belum terlaksanakan.
Pemerintah Kota Bandung masih belum dapat mengembangkan kota berbasis Smart Citysetelah dilakukan perbandingan terhadap landasan teori karaktersitik pengembangan Smart City dan juga indicator yang diterapkan terhadap kondisi eksisting yang ada. Kota Bandung bahkan tidak menempati tiga besar kota yang berhasil menerapkan konsep Smart City berdasarkan standar oleh kementrian PUPR, kota yang menempati peringkat pertama adalah Kota Surabaya.Â
Sehingga dalam rangka mewujudkan Kota Bandung berbasis Smart City diperlukan penerapan strategi perencanaan yang lebih komperhensif melintasi berbagai aspek sesuai dengan konsep yang sebenarnya serta tidak terbatas pada pengembangan Teknologi Informasi Komunikasinya semata. Hal ini juga ditunjukkan dari instansi pelaksana perwujudan Smarct City yang hanya ditangani oleh Dinas Komunikasi dan Informasi.