Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Information Luddism dan Elite Theory dalam Pergerakan 4-11

10 November 2016   14:24 Diperbarui: 10 November 2016   14:36 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://metro.news.viva.co.id/news/read/843953-demo-4-november-satu-orang-meninggal-dunia

Penjelasan mengenai Information Luddismdapat dijelaskan melalui Green Movementyang sekarang juga heboh terjadi di dunia. Perkembangan teknologi yang pesat dalam mengolah lingkungan menjadikan pertumbuhan pembangunan untuk kehidupan manusia meningkat. Proses industrialisasi, pengolahan alam (teknologi oil rig, pertambangan) dapat memenuhi kebutuhan manusia akan energi. Teknologi dianggap sebagai penyelamat mutlak, sehingga pembangunan diatas namakan dibanding dengan eksternalitas yang terjadi. 

Kita manusia begitu terkagumnya oleh teknologi pengolahan lingkungan yang menjadikan kita buta akan dampak negatif yang juga terbentuk di belakangnya. Fenomena inilah yang dinamakan eco-Luddismoleh Green Movement.

Sama halnya dengan informasi, kebutuhan manusia akan informasi di abad ini begitu dibutuhkan sehingga muncul inovasi baru dengan pertukaran informasi secara digital yang dipercepat dengan social media.Jika pada tahun 2000 awal saya mencari informasi haruslah berpergian ke perpustakaan, membaca koran untuk membaca ulasan dan kajian mendalam, kali ini hanya dengan penyebaran melalui akun media sosial seperti facebook, twitter, path, line, whatsapp kita merasa telah terpuaskan dengan fenomena yang ada. Sebelumnya anda telah banyak ulasan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat headline,yang tidak memedulikan sumber keabsahan, kontekstual informasi, dan mudah terframingoleh berita yang tersebar.

Elite theorymerupakan salah satu bentuk power/kekuasaan yang terbentuk pada suatu pemerintahan (bisa dalam skala nasional maupun komunitas). Elite theorymengartikan bahwa dalam rangka  melakukan pengendalian kekuasaan kita hanyalah perlu membujuk/persuasif kepada para petinggi nya saja, lalu para petinggi tersebut yang akan mempersuasikan bawahannya agar sesuai dengan keinginan kita.

Dalam keterkaitannya dengan aksi 4-11 Jokowi sedang melakukan langkah politik berbasis Elite Theorymungkin berdasarkan analisis kondisinya bahwa masyarakat Jakarta bisa ditenangkan jika para elite nya satu arus dengan Presiden Jokowi. Baru-baru ini Jokowi bersafari dengan ketua NU dan Muhammadiyah, tidak ketinggalan Presiden Jokowi juga mempersuasi para petinggi ormas dengan mengundang 20 ormas ke kediamannya. Memang langkah Elite theorydapat dibilang sangat efektif dan efisien serta masih terasa nyata pengaruhnya. Namun yang menjadi pertanyaan bersama, apakah langkah Jokowi ini masih tetap relevan dimana aksi 4-11 tersebut bukanlah didalangi oleh musuh Elite theoryPresiden Jokowi, melainkan melalui pergerakan social media?

Buni Yani yang sekarang dicari-cari dan dilindungi pihak kepolisian karena dugaan melakukan frameinformasi dari kasus 4-11 lah yang dapat dibilang sebagai pemantiknya. Seorang masyarakat biasa, tidak memiliki kekuatan politik (tidak berpartai), tidak dari golongan kaya, bukan juga artis, sama seperti saya dan anda yang sedang membaca artikel ini. Seorang masyarakat biasa yang difasilitasi dengan persenjataan dan mekanisme social mediayang canggih. Ketika tren masyarakat kita adalah masyarakat headline tidak heran kejadian 4-11 bisa mudah menjalar seperti bersin, apalagi isu yang menyentuh esensial manusia. 

Pertama adalah hal itu, lalu yang kedua ketika diperhadapkan informasi ini masyarakat bukannya mencari kebenaran informasi, tapi membandingkan pandangan terhadap informasi ini kepada orang lain, biasanya kepada orang-orang yang berpengaruh di media sosial itu (sebut saja tokoh-tokoh agama yang terkenal di Facebook yang anda pun tidak tahu, tapi percaya karena gelar keagamaan yang disematkan, atau orang-orang dengan follower ratusan ribu di twitter yang bukan ahli bahasa ataupun psikolog lalu anda percaya saja karena dia merepresentasikan pendapat dari jutaan followernya). Di era ketika anybody can be anyonedan tidak ada mekanisme jelas untuk mengklarifikasi, ini sangatlah berbahaya.

Pemerintah tidak tinggal diam tentunya, Presiden menghimbau masyarakat untuk bersikap bijak dalam menggunakan media sosial, mengundang Menkoinfo untuk menciptakan mekanisme penyebaran informasi (yang sebenarnya tidak jelas juga, karena fenomena ini tidak dapat dibendung, mau membatasi kebebasan berpendapat seperti di Tiongkok ?), tidak hanya itu institusi informal juga telah berbenah diri seperti yang dilakukan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (menciptakan program hormat guru, internet sehat). Yang jika dilihat dari penjelasan power, information luddismini masih belum cukup dan dapat ditingkatkan lagi.

Beberapa peningkatan yang bisa saya tawarkan ada dua. Menggunakan konsep Elite Theorydengan lebih tepat guna, yang artinya tidak hanya melakukan pendekatan terhadap elit-elit yang berkuasa pada jabatan struktural, namun juga bersama mengundang para tokoh publik untuk lebih ambil peran (artis, seniman, akademisi, mahasiswa). 

Untuk memperbaiki cara bersikap, opini publik terhadap informasi yang tersebar, karena perlu diketahui dalam era media sosial power yang tersebar sangatlah plural/tersebar bisa dari siapapun. Dan yang kedua dalam jangka panjangnya tidak hanya memperbaiki institusi namun lebih mendalam ke ranah struktural. Pembelajaran mengenai pengolahan informasi yang benar harus ditanamkan sejak dini. 

Harus ada pola pikir mengenai esensi informasi dibandingkan hegemoni yang terbentuk, dan juga diperlukan pembelajaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di era informasi (di bangku sekolahan kita diajari mendalam mengenai teori dasar sosiologi saja tanpa konteks yang terjadi di masa kini). Semoga harapannya masyarakat Indonesia bisa lebih bijak dan para petinggi/elit bisa lebih berinovasi dalam menggerakan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun