"Apa?!" Gyas mendengar samar-samar.
"PR. Gimana nih?" Olive menunjukkan buku latihan yang masih kosong.
"Hayooo Gyas, kamu tidak usah ganggu orang lain untuk mendengarkan curhatan kamu!" Pak Oman langsung mencurigai kegiatan bisik-bisik tetangga di deretan kursi belakang. "Gyas! Olive! kamu berdua ke depan. Coba kerjakan soal nomor 3 dan 7."
Gyas kesal dengan cara Pak Oman memperlalukannya. Sedangkan Olive terlihat semakin lemas.
 "Gimana ini Gee?"
"Lihat saja jawaban punya aku." Gyas ngambil inisiatif. Menukar buku latihan.
Setelah selesai Pak Oman meminta mereka berdiri di samping white board. Sementara dia memeriksa jawaban. Seakan semakin puas jika ada temuan yang bisa dijadikan objek penganiayaan. Wajah Pak Oman yang buram terlihat makin kusut.
Setengah hati Pak Oman mengomentari jawaban mereka. Mimik Pak Oman menyiratkan betul ketidaksukaannya akan Gyas. "Menurut saya kamu hanya beruntung saja."
Pak Oman membetulkan letak kacamatanya. Lalu Pak Oman memuji jawaban Naya. Anak OKB, keluarga penguasa kios pasar.
"Harusnya seperti ini Gyas," Pak Oman menunjukkan buku latihan Naya pada Gyas.
Ada semburat warna merah di pipi Naya. Apakah itu berarti Naya akan mengakui kalau itu bukan hasil hitungannya atau justru merasa bangga dipuji Pak Oman.