Sebelum ke GOR, Gyas menyempatkan dulu mampir ke perpustakaan. Ada sekitar 45 menit untuk melanjutkan perjuangan Maryamah melawan pecatur kawakan di Belitong karya Andrea Hirata.
Udara Bandung hari ini kurang begitu bagus. Gerah. Sudah beberapa hari ini awan abu-abu menyelimuti langit. Tetapi hujan belum juga turun. Siang ini Soemarco sama rajinnya seperti kemarin, tidak ada yang berubah. Cuma bedanya, kemeja Soemarco dibiarkan keluar sebagian dan dasinya dilonggarkan. Lengan kemeja yang berwarna biru muda itu digulung sampe sikut. Jas Patrion dia terongok di kursi kerajaannya. Mata Gyas tidak bisa diajak kompromi. Terus mengintip gerak-gerik Soemarco.
Gyas kembali berusaha berkonsentrasi membaca. Walaupun pikirannya sering terusik.
.... Kebijakan mereka adalah tak menabur-tak memelihara-tak memanen. Falsafah bertani membuat para petani menjadi pribadi-pribadi yang penuh perencanaan, penyabar dan gemar menabung.
"Hmmmm...." Gyas membaca sekali lagi enam paragraph pembuka di mozaik 12 halaman 54.
Kelak dia akan menjadi petani. Pikir Gyas. Seorang petani yang bijaksana. Bajak sana-bajak sini. Teuteup. Perkara cita-cita menjadi petani akan Gyas rahasia dulu. Gyas takut, orang tuanya tidak setuju. Seingat dia, tidak ada di keluarganya yang menjadi petani. Mengumumkan dirinya untuk menjadi petani dinilai terlalu awal. Apalagi, akhir-akhir ini, keinginan Gyas sering ditentang orang tuanya.
Menjadi petani sama mulianya seperti seorang juru coding , dokter atau pengusaha. Atau profesi-profesi lain. Mengeluhkan generasi millenal tidak tertarik bertani, itu semacam pertanyaan telor dan ayam.
Para orang tua dulu banyak yang berharap anak-anaknya menjadi PNS, bukan menjadi petani.
Apa sebab mereka berharap seperti itu? Selain karena menjadi PNS lebih terhormat. Bertani punya resiko ketidakpastian paling tinggi. Pertama mereka harus bekerja sama dengan alam. Memprediksi cuaca. Harus belajar membaca langit. Sepandai-pandainya membaca langit, alam tetap punya cara sendiri untuk mengeluarkan unek-uneknya pada penghuni bumi.
Satu lagi Ketidakpastian yang paling sering membuat jengkel. Para petani dihadapkan pada ketidakpastian harga. Sehingga mendorong anak-anak petani untuk bekerja di industi kalau gagal jadi PNS.
Repot juga jadi petani. Tapi semua orang tetap butuh makan, kata Gyas dalam hati. Dia ingin mencoba kesempatan itu. Mungkin dia akan menjadi avatar pengendali cuaca. Atau avatar pengendali harga.