Kurang dari lima menit melaju, angkot yang ditumpangi  Gyas kembali menepi. Kali ini si Mamang pura-pura ber-say hello dulu pada teman sejawat yang sedang berkumpul di kios penjual minuman ringan. Mengacuhkan Gyas yang sudah kelihatan kesal karena si Mamang berkali-kali memarkirkan mobilnya.  Tak mengenal rambu dilarang parkir atau dilarang berhenti. Semua tempat adalah lahan parkir bagi si Mamang.
Dalam angkot hanya Gyas penumpangnya. Duduk di belakang sopir, menghadap pintu angkot. Sekarang sopir angkot tidak berani menegur penumpang yang keberatan kalau mereka ngetem. Lalu menyuruh naik taksi. Eng ing eng.... karena Tuhan telah memberikan pengetahuan pada seseorang untuk membuat ojol. Â Jawaban do'a orang-orang yang terdzalimi. Tuhan maha adil.
Sambil menunggu, Gyas mengeluarkan handphone-nya untuk mengusir rasa kesal. Baru saja dia mengecek pesan di  whatsapp, Handphone secepat kilat melayang. Lepas dari genggaman Gyas. Â
Seorang anak perempuan yang datang entah dari mana berlari. merebut HP dari genggaman Gyas. Badannya yang kecil memudahkan dia untuk meloncat dan berlari melewati para pejalan.
Kaget handphone-nya raib, spontan Gyas melompat dari angkot. Mengejar anak kecil yang kedatangannya tidak diduga. Mamang angkot yang tengah kongkow dibalik stir ikutan kaget juga. Dipikirnya Gyas penumpang yang melarikan diri. Dengan terkaget-kaget dia menjalankan mobilnya sambil mengucap sumpah serapah. Mengutuki Gyas melarikan diri dari angkotnya.
Anak itu sudah terlihat kecapean ditengah teriknya panas. Padahal baru jam sepuluh pagi. Keringatnya menetes membasahi kulitnya yang hitam. Gyas terus mengejarnya, sementara teman sejawat Mamang angkot yang mengejar terlihat terengah-engah. Pengaruh nikotin dan caffein curah yang dikemas dalam sachet membuatnya tak berdaya. Tapi Mamang angkot berhasil melaju dengan kecepatan maksimal. Gyas pikir, kecepatan angkot sudah default untuk berada di jalur lambat. Dalam posisi slow respon mode.
Gyas nyaris meraih leher baju anak itu. Tapi lepas karena anak itu menurunkan bahunya. Cerdik. Kata Gyas dalam hati. Di ujung jalan, Mamang angkot langsung memanuver mobilnya. Menghadang. Mobil si Mamang naik ke trotoar. Malang-melintang. Orang-orang langsung tertarik dengan manuver Mamang angkot. Mereka penasaran.
"Balikin gak?!" hardik Gyas dengan kesal.
Si anak mulai ketakutan, ruang geraknya sudah terbatasi. Mamang Angkot berancang-ancang menyergap. Sekarang dia mengerti mengapa Gyas melompat dan kabur dari angkotnya. Lalu berbalik arah mendukung Gyas. Macam politikus.
"Tenang Neng, ku Mamang urang cekelan..." teriak Si Mamang.