Akhirnya cerita ORIONÂ bisa tayang juga. Saya mengunggahnya pada hari Minggu, 21 Juni 2015, pukul 14.01.30 Waktu Indonesia Kompasiana.
Di edisi pertama judulnya memancing. Ada angka enam digit angka dibelakang judul, itu adalah waktu yang dibutuhkan saya untuk membaca. Waktu saya 2 menit 27 detik buat membaca Serial Orion dengan judul Memancing. Mungkin bagi yang lainnya akan lebih cepat. Cara membaca saya memang lambat, apalagi kalau nulis. Hiks......Â
Orion adalah proyek yang saya siapkan beberapa bulan lalu. Targetnya tiga bulan setelah saya menerbitkan tulisan  promise. Kenyataannya membutuhkan sembilan bulan untuk merampungkan satu judul saja. Kalau dibilang ORION seperti bayi, itu bisa benar adanya. Membutuhkan sembilan bulan sebelum dilahirkan. Satu bukti kalau nulis fiksi itu sulit bagi saya. Tapi bukan berarti nulis non fiksi itu mudah juga. Keduanya sama-sama sulit kalau ada ide saya hanya bisa terpaku di depan komputer. Percayalah itu jenis penyiksaan sadis nomor urut ke 32.
Premis dan Sinopsisnya sudah disinggung sedikit pada saat saya berjanji untuk membuat proyek ORION. Tapi Baiklah akan saya ceritakan lagi.
Premis : Anak perempuan yang tidak nyaman bersekolah di SMA legendaris di kota Bandung.
Sinopsis:  Mendapat nilai tertinggi ternyata tidak selamanya menjadi sebuah kebahagiaan. Bagi Gyas alias Gee, justru gara-gara nilai tertinggi itu dia malah merasa tersiksa. Orang tua Gee sudah melakukan perjanjian akan memasukan Gee ke Patrion.Â
Patrion sekolah yang sudah melegenda. Tetapi akhir-akhir ini prestasi Patrion tidak seperti yang dulu. Jika dulu Murid yang membuat nama sekolah menjadi kebanggaan. Sekarang berbalik, sekolah yang menjadikan muridnya bangga.Â
Semua kekhawatiran Gee menjadi kenyataan, dia menjadi olok-olokan karena masuk Patrion melalui beasiswa. Bagi mereka Gee seperti kaum Dhuafa yang diberi Derma. Dari semua faktor yang membuat Gee tidak nyaman, Gee bertemu Soemarco, kakak kelas Gee di perpustakaan. Jika Gee di perpustakaan untuk bersembunyi, sedangkan Soemarco menjadi relawan di perpustakaan.Â
Bersekolah di tempat kaum berada memang tidak mudah, Gee mencoba bertahan. Diam-diam Gee menyiapkan, pengunduran diri dari Patrion dan kepindahan sekolah di semester dua.
Patrion tertarik dengan profil Gee, yang beberapa bulan sebelumnya menjadi ramai pembicaraan di media sosial karena aksinya menolong seorang ibu. Menurut mereka Gee cocok untuk dijadikan agen perubahan di sekolah Patrion. Mengembalikan pada misi visi Patrion ketika didirikan.
Beberapa dekade terakhir Patrion seolah-olah pudar. Minim prestasi dan malah membuat Patrion hanya tempat bermain anak-anak orang kaya saja. Itu membuat geram beberapa alumni dan pihak-pihak yang dulu ikut membesarkan Patrion.Â