Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKL Adalah Kita, Kita Adalah PKL*

4 Juli 2014   03:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:34 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*meniru slogan salah satu Capres

Dan gak Usah Pakai Foto ya, karena Bandung masih semerawut

Beberapa malam  lalu, tergelitik saya ikut mengomentari kicauan warga Bandung yang mengeluh tentang PKL.  Kicauan beliau ditujukan untuk satpol PP (@satpolppbdg dan walikota Bandung @ridwankamil) Keluhannya adalah masih banyak PKL yang berjualan di zona merah.  Zona Merah artinya tidak boleh berjualan di zona tersebut. Saya komentari kicauannya kurang lebih seperti ini : Coba jangan dibeli saja dagangannya, soalnya pembelinya juga pada bandel.

Bukan salah satpol PP-nya, bukan salah walikotanya. Bagaimana pun Walau walikotanya se-keren Captain America, kalau warganya seperti begitu. Yaaa.. sudahlah.

Saya sih berpikiran seperti itu, percuma saja jika satpol PP ditambah jumlahnya sampai ber-batalyon-batalyon, kalau kesadaran warganya tidak ada sama sekali. Saya adalah salah  seorang warga Bandung yang mendukung pemberlakuan uang paksa bagi para pembeli di Zona merah. Saya pernah mengusulkan mengenai hal ini, karena menurut saya dagang melibatkan dua puhak, pembeli dan penjual. Jadi jangan dibebankan kepada penjual saja tapi pembeli juga harus diedukasi. Karena jalanan  menjadi macet, kota jadi kumuh, banyak sampah, banyak bangunan/sisa-sisa dagang mereka tergeletak, ditinggalkan begitu saja sehingga menambah semerawut dan kota berwajah muram.

Lihat saja di Tegalega, pantat pembeli sampai offside ke jalan raya, kalau kesenggol mobil, pasti supir-supir juga yang kena.

Peran para pembeli sangat besar juga dalam membuat kesemerawutan. Untuk itu, salah satu cara edukasinya dengan menerapkan uang paksa. Kalau saya boleh usul bagaimana jika ketahuan membeli di zona merah dendanya disuruh menyapu, membersihkan kota (taman, fasum, dll) dan hukuman tidak bisa diuangkan. Maksudnya begini, pembeli yang kedapatan membeli di zona terlarang diwajibkan menyapu (daerahnya ditentukan) selama 1 bulan di setiap hari libur. Biasanya kan suka ada : dan atau denda sebesar, nah kalimat denda sebesar nominal itu ditiadakan. Jadi wajib membersihkan kota.

Hal ini agar, warga kota Bandung sadar dan peduli dengan kotanya.

Kalau PKL sudah tentu tidak cinta Bandung, karena sebagian besar PKL adalah bukan warga Bandung. Kalau tidak percaya silahkan cek ke TKP. PKL di Kepatihan, Pasar baru dan Tegalega. Ya, kalau masih tidak percaya dan memerlukan lembaga survey untuk membuktikannya silahkan pakai lembaga survey Cah Lontong deh :D. Dan saya yakin juga mereka bukan orang miskin atau orang susah-susah amat. Buktinya mereka punya kendaraan motor bahkan mobil juga smartphone. Bisa mudik pakai pesawat.

Mereka tidak cinta Bandung, karena Bandung bukan kota mereka. Ya, sesuka-sukanya lah mereka menyampah. Mau  mengotori. Lah, Wong mereka disini hanya sesaat. Sekarang saya pun jadi curiga yang beli juga bukan warga Bandung . Soalnya di satu sisi warga Bandung teriak-teriak (berkicau pake twitter deng :D) tentang Bandung macet, kotor, kumuh gara-gara PKL tapi banyak juga yang anteng-anteng saja membeli di Zona terlarang. Kesannya warga Bandung cuman menyediakan lahan buat transaksi. Kita disuruh bersabar karena kota jadi kotor, kumal, macet dan gak nyaman. Mereka, penjual dan pembeli just Hit and Run.

Jadi… kalau saya sama Kang @rafsena87 YES! sudah berkomitment gak beli di Zona merah. Toh, masih ada Zona kuning dan putih, mengapa harus maksa-maksain beli di zona merah. Jadi PKL masih ada malah ditempatkan.

Setidaknya kalau belum bisa ngasih sumbangsih buat negara dan bangsa melalui karya atau harta, yaaaa melakukan hal yang gak merugikan orang lain juga gak salah. Misalnya gak nyampah, - gak buang sampah sembarangan- baik di kota sendiri, maupun ditempat manapun. Mendukung peraturan biar tertib misalnya tidak membeli di zona merah,  warung kan gak disana saja.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun