Bumi tertawa melihat sekelompok orang menyanyikan lagu ini. Ini lagu cinta. Tetapi bukan cinta mehek-mehek para remaja. Yang gantung diri karena putus cinta. Yang menenggak racun serangga karena ditolak wanita. Ini cinta mereka kepada hal yang setiap hari digauli, kepada merah di sebelah hati, kepada lingkungan dan sanitasi, kepada mereka yang peduli, kepada metabolisme tubuh sendiri, kepada setetes jernih yang sepertiga dari bumi.
Kamu tahu apa yang mereka nyanyikan? Aku bacakan puisi di sela lagu itu saja yaaa?? Suaraku gak bisa bikin kamu mabuk kepayang sih.
air air air
ember kosong mencuri tenang dari tidurku
lagi lagi bingkai mimpi kehilangan satu sudut
percuma aku bangun yang ku lihat hanya bumi menangis sendu
air berteriak sampai kering
detak jantung hutan berhenti ditusuki ranting kering
penyakit datang berakhir kematian
bukan karena perang tetapi langkanya air bersih
kotori saja bumi kita
biar senang puaskan diri sendiri
habiskan sumber mata air kita
buat cepat dunia binasa
apakah itu keinginan kita?
apa yang telah kita lakukan pada bumi kita?
sampai kapan???
aku butuh nafas untuk berhati bersih
bumi rindu penyelamat air kehidupan
apakah anda penyelamat itu?
ayo beri air pada anak cucu
tetapi bukan
air mata...
Ayahku adalah seorang pecinta lingkungan, selain karena pekerjaannya memang bergelut di dunia itu. Ayahku sering mengadakan penelitian masalah ini dan masalah itu di sungai ini dan sungai itu. Waktu jaman SD, sebelum ayahku sesibuk sekarang, kemanapun ia pergi pasti ia akan menyempatkan untuk menempel sticker yang bunyinya ini:
“SATU TETES AIR SEJUTA MANFAAT BAGI BUMI”.
Waktu itu aku juga sering membantu ayahku untuk menempelkan sticker itu. Di tiang-tiang listrik, di jendela pos kamling RT, di pagar sekolah, di jendela rumah, di manapun yang kami rasa orang akan mudah melihatnya dan berhenti sebentar untuk sekedar mengobati penasaran pada sebentuk persegi panjang. Dulu, jelas aku menanggapi sticker itu sambil lalu. Air ya air. Untuk mandi, untuk memasak nasi, untuk menyiram anggrek kecintaan mami, untuk cuci piring, lalu apa lagi?? Tak sampai sejuta kok. Sepuluh pun tidak.
Aku berpikir. Kenapa air jadi begitu istimewa bagi kami? Bukan hanya untuk makhluk yang diciptakan Tuhan sebagai kalifah di bumi, tetapi juga bagi seluruh penghuni daratan bernama BUMI. Bahkan sampai bangsa Sumeria mempercayai bahwa seluruh makhluk hidup berasal dari sesuatu yang bernama air.
Aku mengenal air sejak aku dilahirkan ke dunia. Nafas pertamaku di bumi disertai dengan air yang mengambang di pelupuk. Kata dokter, semua bayi tak bisa hidup kalau mereka tidak mengeluarkan air dari matanya. Tetanggaku yang ketika dilahirkan tidak mengeluarkan air mata, dipukul-pukul pantatnya sampai menangis. Sejenak terhenyak, mengapa air bisa menentukan detak jantung selanjutnya. Kata temanku, bayi yang ketika dilahirkan menangis menandakan jika sistem organ di dalam tubuhnya berjalan baik. Kata buku biologi ayahku, air dibutuhkan manusia untuk membantu sistem metabolisme di dalam tubuh manusia. Orang yang dehidrasi bahkan bisa mati.
Orang Islam juga memakai air untuk berwudhu sebelum menghadap Tuhannya, orang Hindu dalam ritual doanya diakhiri dengan seciprat air ke wajah si penyembah Tuhannya, orang Kristiani meminum anggur yang juga berbentuk air sebagai manifestasi darah Tuhannya.
Kalau air sedekat itu dengan hidup kita, kenapa sepertiga kebutuhan air rumah tangga hanya dihabiskan untuk menyiram toilet? Kenapa air sungai hanya dihabiskan untuk dihitamkan oleh limbah kotoran sapi? Kenapa banyak air kuhabiskan hanya untuk membilas baju yang tak seberapa? Kenapa banyak yang menulis tahun 2025 air sudah sungguh sangat langka? Kenapa ada yang bilang ada suatu saat semua orang hanya akan minum sebanyak seperempat gelas per hari? Kenapa…? Kenapa…?
Ini gak akan jadi nyata kan, Tuhan????
ketika sungai-sungai kotor mata air tekontaminasi
ketika air tanah berlimbah
jangan cuma diam dan menunggu
berbuatlah untuk air
ketika sumur-sumur mengering
ketika bumi makin memanas
sumber kehidupan tak ada lagi
jangan cuma diam dan menunggu
berhematlah... berhematlah...
berhematlah untuk air...*
*krisis air bersih by Nugie dan teman-temannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H