''Selamat datang di Rumah Sakit Terdekat, ada yang bisa kami bantu?'' tanya salah satu perawat wanita mungil yang lengkap dengan face shield dan maskernya.
''Kami mencari pasien atas nama Neneng.'' Jawab Ahmad dengan tegas kepada perawat tersebut.
''Neneng di Rawat di lantai tiga kamar 134 pada poli RSJT dengan virus flaire.'' Jawab perawat tersebut.
Ahmad dan Hayati saling pandang. Mereka masih tak mengerti sebenarnya Rumah Sakit Jiwa macam apa ini. Tanpa berpikir panjang lagi mereka menaikki lantai tiga dengan menggunakan lift.
''khg... khg... khg....''
''Mas.''
 Hayati terkaget setengah mati ketika melewati pasien yang mirip seperti zombie. Suara pasien itu mirip sekali dengan zombie. Kulit wajah dan tangannya terkelupas dan bernanah. Cara pasien itu berjalan seperti zombie pada film Train to Busan yang pernah ia tonton ketika masih belia dulu.
''Apakah zombie itu benar-benar ada? Sebenarnya ia sakit apa?'' batin Hayati ketakutan sambil memeluk erat tangan kanan Ahmad yang sedari tadi tidak ia lepaskan.
Mereka memasuki ruangan yang tertuliskan KAMAR 134. Ahmad dan Hayati terkejut bukan karena pasien yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, tapi dengan lelaki bertopi yang tak asing bagi mereka berdua.
''Mas Anwar.'' Kata Hayati yang dengan spontan memanggilnya.
''Apa yang kau lakukan di sini Hayati? Apakah Ibu mu telah merestui hubungan kita? Oh, kau kesini karena surat yang kau baca dari tas Ibu mu itu ya. Ternyata sandiwaraku berhasil untuk mengelabui kalian berdua. Setelah Emak dan Abah kalian mati, kini giliran kalian yang harus menyusul.''