Mohon tunggu...
Khoirul Fuad Fuad
Khoirul Fuad Fuad Mohon Tunggu... -

Tetap berusaha,berikhtiar,sebab manusia yang kehilangan usaha untuk mencapai apapun tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kehidupan Petani

9 Maret 2011   13:26 Diperbarui: 13 Juli 2015   20:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEHIDUPAN para petani Indonesia kini ibarat berada di ujung tanduk. Jika mereka berhenti sebagai petani dan mencari pekerjaan lain yang tentu tidak mudah diperoleh, kehidupan keluarganya pasti terancam. Jika meneruskan pekerjaan sebagai petani, hasilnya tidak menguntungkan.
Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Indonesia adalah petani penggarap. Sehingga makin sulit mengharapkan memperoleh penghasilan seperti yang diinginkan. Apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ancaman banjir juga makin membuat para petani merugi. Hasil panen menyusut atau malah tidak ada sama sekali karena diterjang ganasnya air.
Akibat penghasilan yang terus menurun menjadi Rp150.000 dan Rp200.000 per bulan, para petani mengancam akan melakukan pemberontakan. Terutama jika tidak ada kebijakan dari pemerintah yang bisa membuat kehidupan para petani kita lebih sejahtera.
Dewan Pakar Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (Wamti) Suprapto pada Seminar Penguatan Strategi Ketahanan Pangan Nasional yang diselenggarakan oleh CIDES di Jakarta, hari Senin (25/2) menyatakan para petani Indonesia jadi miskin terus. Ia menilai kondisi yang diderita oleh para petani kita sudah sangat memprihatinkan. Sebab penghasilan petani yang hanya Rp150.000 hingga Rp200.000/bulan tak bisa dibuat apa-apa sekarang ini. Karena itu, ia menyatakan jika pemerintah tak juga mengubah kebijakan, mereka berencana melakukan pemberontakan.
Ancaman itu tentu merupakan puncak dari segala kekecewaan petani yang hidupnya makin senin-kemis didera kemiskinan. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang dari waktu ke waktu terus meningkat, ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan juga terus melambung. Ini juga merupakan ancaman bagi para petani.
Sikap nekad untuk melakukan pemberontakan tentu sangat mengerikan jika benar-benar terjadi. Bisa dibayangkan apa jadinya jika di Indonesia terjadi pemberontakan. Tentu yang jadi korban adalah rakyat kecil yang notabene di antaranya adalah para petani juga.
Menghadapi kenyataan itu, pemerintah dapat dipastikan sudah mendengar keluh kesah para petani. Pemerintah juga dipastikan sudah berupaya untuk membantu para petani agar kehidupan mereka tidak menderita, tapi karena persoalan yang dialami oleh negara ini masih demikian rumit dan berat; maka uluran tangan bagi para petani itu belum bisa dirasakan ada hasilnya.
Karena itu alangkah baiknya jika ancaman untuk melakukan pemberontakan itu dipendam. Sebab bisa dipastikan tidak ada seorang petani Indonesia yang berpikiran jernih menginginkan pemberontakan itu terjadi, kecuali ada yang memanas-manasi mereka.
Salah satu cara untuk meredam pikiran nekad tersebut adalah dengan tawakal, istiqomah, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar semua permasalahan bangsa Indonesia segera berakhir. Sebab, yang penting lagi adalah seluruh komponen bangsa ini bersatu-padu agar bisa keluar dari belitan permasalahan dan menyongsong kehidupan yang lebih baik lagi.
Jika kita kompak dan bersatu melakukan langkah itu, insya-Allah kita –termasuk para petani Indonesia yang pernah berjaya– akan bisa menyingkirkan segala rintangan yang menghadang.

Hak hidup petani merupakan hak petani untuk memperoleh jaminan bahwa hidupnya akan lebih membaik dari hari ke hari. Jaminan ini sangat penting untuk ditekankan mengingat hasil keringat dan jerih payah petani ini merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara dimana para petani ini berada. Kehidupan negara hingga hari ini merupakan kontribusi yang besar dari hasil keringat petani yang selama ini belum pernah memperoleh jaminan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, promosi impor adalah bertentangan dengan jaminan keberlanjutan kehidupan bangsa dan negara, mengingat promosi impor adalah akan mematikan kehidupan petani, dan karenanya mematikan kehidupan bangsa dan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun