Topik yang sering menjadi bagian penting lainnya bersama faktor yang terkait dalam menulis artikel, memang sangat di butuhkan untuk membatasi pokok bahasan tidak menjadi terlalu lebar.
Seperti juga topik dalam satu artikel, ide-ide yang bermunculan ketika membayangkan sesuatu yang akan di tuangkan, akan menjadi sesuatu yang menarik.
Ide yang selalu terdapat dalam pikiran setiap orang, pasti selalu ada. Sayangnya, dari topik yang hangat dan ide yang sudah berserakan dalam pikiran, sering terkendala ketika akan membuat tulisan.
Kebuntuan untuk memulai menulis artikel, sering terjadi pada diri saya sendiri. Bukan karena tidak memiliki topik, bukan juga karena tidak memiliki ide, Â barangkali kebuntuan untuk menulis artikel yang saya alami, akibat pemahaman yang masih keliru atau menurut saya karena diri saya masih kelas amatir.
Penulis Amatir dan Profesional
Pengalaman menulis artikel yang masih terasa sulit sering saya alami. Biasanya ada kondisi dan situasi tertentu yang menjadi sebab tulisan menjadi sulit mengalir seperti air, padahal ide dan topik yang akan di tulis (versi saya) sudah sangat bagus.
Umumnya seorang penulis amatir menurut saya adalah saat situasi dan suasana emosi sedang enak, sehingga menulis terasa menjadi lancar. Saya sering merasa kesulitan menulis artikel, jika baru terjebak macet yang parah, mengalami "perbedaan pendapat "dengan rekan kerja atau atasan atau situasi dalam rumah tangga.
Bagi penulis konten profesional, barangkali mereka sudah memiliki suatu pola dan mekanisme yang menjadi standar serta langkah yang perlu di lalui ketika membuat sebuah tulisan menjadi mudah mengalir.
Oleh karena itu, kita mungkin bisa membayangkan jika menggunakan cara amatir untuk membuat konten artikel secara profesional, maka kemungkinan besar adalah menemukan artikel tidak mudah di tulis hingga selesai. Tidak jarang untuk memulai di paragraf pertama pun, memerlukan perenungan yang memakan waktu cukup lama akibat menulis berdasarkan situasi dan kondisi hati.
Menulis artikel karena situasi hati
Suatu ketika, kita sangat-sangat kesal dan marah kepada atasan yang selalu menambahkan pekerjaan kepada kita. Padahal jelas-jelas pekerjaan tersebut seharusnya dikerjakan oleh rekan kita.