" hore... Hujan datang lagi," ungkapan senang keluar dari mulut mungil seorang bocah di tempat tinggal kami.Â
Sosok itu muncul tiba tiba dan segera berlari menyambut air hujan yang semakin deras. Seakan akan langit ingin mengirimkan kebahagiaan nyata pada harapan anak kecil yang bergembira, dalam beberapa jam saja, air hujan makin deras tanpa bisa di hentikan.Â
Hidup yang tanpa di beban pikiran yang ruwet, mungkin saja akan menjadi kebalikan dalam pikiran orang tua. Terutama masyarakat yang tinggal di lokasi rawan banjir.Â
Mulai masuknya musim penghujan ini, sebagian masyarakat di DKI Jakarta akan menjalani kehidupan rutin sebelumnya untuk berjaga di tengah malam, saat mengetahui hujan deras sudah datang di tengah malam.
 Salah satu anggota keluarga, pasti akan mengurangi jam tidurnya untuk melakukan antisipasi kemungkinan kedatangan genangan air memasuki rumah.
Sebelumnya, dalam penyusunan Anggaran DKI Jakarta 2018 lalu, DPRD DKI Jakarta sempat menyemprot cara penyusunan anggaran yang dilakukan oleh Anies Baswedan.Â
Protes yang dilakukan anggota dewan tersebut terungkap saat melihat dana anggaran yang lebih besar dari tahun sebelumnya, justru melakukan penangkapan dana alokasi pada penanganan penanggulangan banjir di DKI Jakarta.
Ungkapan kekesalan Badan Anggaran (Banggar) pada Pemprov DKI Jakarta saat dihadiri oleh Tim Perancang Anggaran Daerah DKI, karena buruknya penyusunan alokasi dana yang terkesan sembarangan.
Dalam keterangannya kepada media, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi menjelaskan penyusunan anggaran yang dilakukan Gubernur DKI yang tidak masuk akal. Dirinya menyebutkan salah satu contoh, dimana alokasi dana anggaran untuk penanggulangan banjir yang seharusnya mengalami peningkatan dalam tahun anggaran 2018, kenyataannya justru mengalami pemangkasan dalam penyusunan APBD Perubahan DKI Jakarta.
Prasetio juga menyoroti mangkraknya proyek normalisasi yang seharusnya dikerjakan selama musim kemarau, memasuki musim hujan masih belum tuntas dan menghadapi kendala dalam pengerjaannya.