Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Buruh - Hanya Manusia Biasa

Menulis sambil belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa Itu Penyakit ADHD

2 April 2023   20:12 Diperbarui: 2 April 2023   20:25 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurodevelopmental yang terjadi pada anak-anak dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Orang dengan ADHD biasanya memiliki kesulitan untuk memperhatikan detail, mempertahankan fokus, serta memiliki tingkat hiperaktivitas dan impulsivitas yang tinggi. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 5-10% dari populasi anak-anak di seluruh dunia dan ditemukan lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.

Gejala ADHD bisa muncul pada usia dini, bahkan sebelum anak mulai bersekolah. Gejala ADHD mungkin sulit terlihat jika anak Anda masih balita atau memiliki masalah emosional atau perilaku lainnya. Namun, pada saat anak Anda masuk sekolah, gejala-gejala ADHD biasanya mulai terlihat lebih jelas, seperti kesulitan untuk duduk diam, melupakan hal-hal, mudah teralihkan, dan kesulitan untuk menyelesaikan tugas.

Meski gejalanya terlihat sederhana, tetapi ADHD dapat memengaruhi kehidupan anak dan keluarga secara keseluruhan. Anak-anak dengan ADHD sering memiliki masalah dalam belajar, menjaga teman-teman, dan memiliki hubungan yang sehat dengan keluarga. Masalah yang lebih serius bisa timbul jika ADHD tidak dikenali dan diobati dengan benar. Anak-anak dengan ADHD lebih rentan untuk mengalami kecanduan narkoba dan alkohol, depresi, dan kecemasan pada masa dewasa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan terkena ADHD, seperti faktor genetik dan lingkungan. Namun, belum ada penyebab pasti yang diketahui dari ADHD. Ada juga beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena ADHD, seperti keluarga dengan sejarah ADHD, kelahiran prematur, dan paparan toksin selama kehamilan atau masa bayi.

Diagnosis ADHD tidak mudah dan biasanya memerlukan banyak waktu dan pengamatan. Diagnosis sering melibatkan evaluasi oleh psikolog atau psikiater, wawancara dengan orang tua dan guru, serta pengamatan terhadap perilaku anak dalam berbagai situasi. Beberapa tes juga dapat membantu mengidentifikasi apakah ada masalah lain yang menyebabkan gejala yang sama dengan ADHD, seperti masalah penglihatan atau pendengaran, atau masalah perkembangan bahasa.

Ada beberapa pilihan pengobatan untuk ADHD, termasuk obat-obatan dan terapi perilaku. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati ADHD adalah stimulan dan non-stimulan. Stimulan seperti methylphenidate dan amphetamines, meningkatkan kadar neurotransmitter di otak dan meningkatkan kemampuan anak untuk memperhatikan dan fokus. Namun, obat-obatan ini dapat memiliki efek samping seperti penurunan nafsu makan, insomnia, dan sakit kepala. Terapi perilaku dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan lain yang dibutuhkan untuk mengatasi ADHD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun