Dewasa ini bukan hal baru, bahwa kondisi manusia sudah kembali seperti beberapa dekade silam, dimana dalam pergaulan ditentukan oleh kedudukan dan materi. Hal ini dapat kita lihat dengan kondisi yang terjadi di kota-kota besar di Nusantara yang notabane penduduk Indonesia lebih menerima dengan segala budaya yang datang dari luar. Modernisasi menjadi alasan mutlak dalam mempengaruhi budaya hidup manusia diperkotaan.
Tidak ada hal yang tetap murni bila sudah berbaur dalam pergaulan perkotaan. Maka banyak penduduk desa yang datang berbondong-bondong menuju kota untuk mengejar penghidupan yang layak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga, untuk itu tak jarang penduduk desa menjadi korban dari kerasnya hidup di kota. Sehingga mereka yang tak memiliki skill akan menjadi manusia yang terbuang dari kehidupan pergaulan sementara mereka yang memiliki jabatan dan materi akan terus menikmati kehidupan yang penuh dengan kemewahan dan pergaulan elit.
Menyadari proses yang demikian itu, amat mengerikan keberlangsungan kehidupan di masa mendatang. Generasi muda yang hidup di bawah garis kesejahteraan maka akan menyingkir perlahan-lahan dari kerasnya budaya hidup perkotaan. Semoga ini tidak lah berlangsung lama, karena sesungguhnya negeri kita acap kali mendengungkan lagu Indonesia Raya dalam setiap acara ceremonial yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sudah merdeka dan taraf hidup penduduknya sudah meningkat dari tahun ke tahun.
Namun bila dalam pergaulan saja masih memandang jabatan dan materi apa bedanya dengan beberapa dekade silam saat kondisi negeri ini masih dalam kondisi terjajah oleh bangsa asing. Sementara pemberdayaan dan pendampingan yang dilakukan oleh pejabat tidak pernah sampai dimasyarakat kelas bawah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H