Saya ambil contoh adalah Guru honorer, Jika guru honorer memiliki prinsip untuk mengejar harta untuk mencapai kebahagiaan maka guru honorer tersebut tidak akan pernah bahagia, karena kebahagiaan yang ia peroleh berasal dari dunia material yang diluar kendalinya.
Sementara jika guru honorer memegang prinsip kebahagiaan jika dia berhasil mencerdaskan, mendidik, dan mentransfer ilmu yang ia miliki kepada siswa-siswi nya maka dia akan selamanya bahagia. Kenapa? Karena pekerjaannya yang adalah seorang guru yang selalu atau bahkan setiap hari mendidik anak muridnya sehingga guru tersebut akan selalu bahagia di setiap harinya, karena yang ia kejar bukanlah yang berasal dari luar melainkan yang berasal dari dalam dirinya.
Apakah ini berarti stoikisme mengajarkan kita untuk tidak terlalu bersemangat dalam bekerja dan mencari nafkah/uang? Tidak. Stoikisme tidak mengatakan begitu. Stoikisme hanya mengajarkan untuk tidak menginginkan hal hal yang berasal dari luar diri kita seperti Kekayaan, popularitas, kesehatan, keadaan alam, bahkan umur.Â
Tapi stoikisme ingin mengajarkan kepada kita bahwa kita bisa loh bahagia tanpa mengejar itu semua, kita bisa bahagia ketika kita memiliki passion di dalam pekerjaan atau kuliah kita, kita bisa bahagia ketika hari itu tidak ada emosi negatif, kita bisa bahagia ketika kamu belajar hal-hal baru hari itu, dan hal-hal lainnya yang berasal dari dalam diri kamu dan tidak akan pernah hilang dari diri kamu.
"Seluruh dunia akan menawarimu kebahagiaan material yang menggiurkan namun, kamu bisa bahagia atas pikiran mu sendiri"
Itu saja dari apa yang dapat saya sampaikan, saya harap apa yang saya tulis di dalam blog ini dapat mengubah cara pikir kamu mengenai kebahagiaan. Sebab kita semua bisa bahagia apabila kita berhasil mengendalikan pemikiran kita sendiri.
Author: Antonius Rafel M
Date: 25-05-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H