[caption id="attachment_363649" align="aligncenter" width="300" caption="BARAK: dokumentasi dari kawan"][/caption]
Dapat kabar dari kawan yang sambil lalu di sekitar wilayah Istana Negara tadi siang menjelang sore. Sang kawan mengabarkan kalau ada sekelompok pemuda dan mahasiswa yang sedang demonstrasi . Mereka yang menamakan diri BARAK (Barisan Aksi) Pemuda dan Mahasiswa. Mereka berdemonstrasi dengan mengusung isu “Tolak Militersime di Freeport”. Nampaknya kisah janggal dibalik renegosiasi kontrak Freeport telah tersebar kemana-mana.
Dalam selembar kertas yang diterima kawan, mereka (BARAK) menuliskan:
Bumi Papua dianugerahkan dengan penuh kekayaan. Hutan yang luas, laut yang indah dan tanah yang terhampar penuh dengan kandungan tambang yang tidak terhingga. Sayangnya, darah putra-putri Papua sejak dulu selalu menjadi tumbal dari berbagai konflik Sumber Daya Alam yang terjadi.
Terakhir, Desember tahun lalu 3 orang tenaga keamananan dan kepolisian tewas saat berpatroli disekitar area tambang PT Freeport. Kejadian ini merupakan akibat dari pendekatan militerisme yang selalu diterapkan oleh pemerintah terdahulu. Tentara dengan senjata lengkap layaknya di medan peperangan selalu berjaga di daerah-daerah tambang termasuk Freeport, sehingga secara sosial dan budaya membuat jarak dengan masyarakat sekitarnya. Pendekatan miteristik inilah yang menjadi bibit munculnya tindakan-tindakan masyarakat melakukan tindakan protes dengan cara-cara keras dalam menyelesaikan ketidakadilan yang terjadi disana.
Angin segar dihembuskan dalam awal kunjungan Presiden Jokowi ke Papua, yang menegaskan bahwa Papua harus dibangun dengan cara dialog dan saling percaya bukan dengan pendekatan militeristik. Komitmen Presiden untuk membangun Tanah Papua dengan damai ini merupakan momentum untuk merubah semua pendekatan yang selama ini salah termasuk halnya dalam melakukan renegosiasi Kontrak Karya PT. Freeport. Jokowi harus memastikan perpanjangan Kontrak Karya PT Freeport bermanfaat bagi rakyat Papua khususnya dan Indonesia secara umum.
Oleh karena itu kami yang tergabung dalam Barisan Aksi Pemuda dan Mahasiswa Peduli Freeport (BARAK) menuntut:
1. Tolak Militerisme dalam Freeport.
2. Transparansi dan akuntabilitas dalam renegosiasi Kontrak Karya PT Freeport.
3. Papua dan Indonesia harus mendapatkan bagi hasil yang lebih dalam perpanjangan Kontrak Karya PT. Freeport.
4. Tolak Marsekal Madya Maroef Sjamsoeddin (mantan wakil kepala BIN) sebagai Presdir Freeport.
Membangun bukan dengan cara kekerasan, karena milterisme akan terus melahirkan kekerasan lainnya.
Begitulah sekiranya yang tertulis dalam selembaran yang mereka bagikan yang dibubuhi Salam Damai dari Papua oleh sang ketua, Yudha. Demikian kabar dari kawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H