Ini tentang tong tong
Tong yang kosong
Yang pernah kutuliskan, kubacakan, kunyayikan
Entah dimana
Tong tong
Tong kosong
Bukan cuma sekadar kaleng-kaleng kosong yang bersembunyi di dalam rongga mulut kita ketika bersumpah atas nama jabatan
Atas nama omong kosong kita
Ketika akhirnya kutuliskan disini
tentang tong kosong kita
tentang omong kosong kita
tentang mulut kita
Apakah ini kegilaan baru?
Atau?
Ah, sudahlah bung!
Tong kosong, omong kosong kita semakin berserakan disana-sini
Tong kosong, kaleng kosong
Kulihat disana, ada dimana-mana
Di rumah-rumah penyembah berhala kehidupan
Ada pembordilan rasa keadilan atas nama omong kosong, nyata
Sumpah demi dedemit yang menghuni pohon-pohon tua perhambaan pada mimbar-mimbar pengampunan dosa
Mestikah kutelan mentah-mentah titah-titah sang rahib kekuasaan?
Akankah kuperhadapkan kedua telapak tanganku tinggi-tinggi dengan kepala yang kuinjak-injakkan pada tajamnya pedang munafik sang hamba hukum?
Atas nama segala omong kosong ini
Kutikam uluhatiku dengan sebilah sembilu
Agar tong-tong kosong kita semakin berbunyi nyaring
Agar omong kosong kita semakin memekakkan telinga
Bertong-tong kosong yang berisi lidah-lidah yang tak pernah punya tulang, bersenggama
Karena begitulah adanya omong kosong, apa adanya, ada apa-apanya
Sebagaimana omong kosong pada bertong-tong kosong yang sengaja kutuliskan disini dengan lidah yang semakin kelu
Tong tong tong kosong
Begitulah bunyinya
Mong mong omong kosong
Begitulah adanya
Senin malam, 23 Maret 2015
Caping Item (CAPIT2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H