Mohon tunggu...
ummy latifah
ummy latifah Mohon Tunggu... -

Pendiri dan pengelola Geotrek Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Nusantara yang Ramah

31 Maret 2015   14:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Islam Nusantara yang Ramah

Catatan ini sedikit menumpahkan kegundahan saya melihat konflik Islam di Timur Tengah karena sedikit banyak memiliki dampak ke Indonesia tumbuhnya radikalisme dan penyempitan makna beragama. Saya berpikir saat ini Islam menuju kehancuran, peradaban Islam sedang hancur kembali ke abad kegelapan,..Syiah-Suni kekerasan dalam Islam menjadi dominan akibat ambisi politik semoga tidak menular ke Indonesia budaya kekerasan itu. Saya memiliki keyakinan Islam di Nusantara Islam yang sangat toleran menurut catatan sejarah. Islam di Indonesia halus, ramah sesuai karakter orang Indonesia. Saya memiliki ulasan sedikit tentang penyebaran Islam di Indonesia hanya dari sedikit sudut pandang sejarah semoga memberi hal positif.

Karakteristik orang Indonesia yang ramah selalu memberi ruang terhadap semua penyebaran agama sehingga penyebaran (Dakwah) agama Islam melalui hal yang sangat luhur yakni yang sering disebut sastra Islam (meskipun masih perdebatan) di situ ada cipta, rasa dan karsa dalam beragama. Sastra Islam di Indonesia di warnai oleh aliran ulama ulama syiah dan sunni. Sastra Islam sendiri dalam menyampaikannya bertujuan mengajarkan ketuhanan, ahlak, filsafat,cerita cerita sarat makna dalam Al Quran dan cerita para tokoh Islam.

Dalam penyebaran Islam di Indonesia sastra Islam berbentuk Sufistik (kebresihan hati), Suluk (perjalanan seorang sufi kebanyakan para wali yang membuatnya),sastra transedental, sastra profetik (cerita tentang kenabian), sejarah dan Hikayat (cerita mengajarkan nilai nilai dalam islam melalui penokohan), Hikayat para nabi, Kitab Sasana Sunu (cerita ajaran meneladani Rasululah) Hikayat Bayam Budiman, Hikayat jenaka, Syair Kompeni Walanda, Hikayat Perang Banjarmasin, Hikayat Amir Hamzah dan masih banyak lagi Peran Para Wali (Wali Songo) sangat dominan dengan dakwah melalui akulturasi yang sangat ramah dan bijaksana. Sunni dan syiah di Nusantara dalam sejarah selalu hidup berdampingan. Islam Indonesia dalam penyebarannya sangat menghargai eksistensi manusia dan kemanusiaan sehingga para Ulama sejak Kerajaan Perlak di Aceh sampai Samudra Pasai mengutamakan penyebaran melalui sastra karena mereka melihat manusia secara utuh.

Nusantara memiliki pendudukan yang damai. Sejak masuknya Islam ke Nusantara tidak ada masalah aliran Syiah maupun Sunni. Di Nusantara, Islam tumbuh dari komunitas Aqidah dan jama’ah menjadi kekuatan politik yang terstruktur dalam lembaga Negara dengan sebutan kerajaan Islam. Munculnya kerajaan-kerajaan Islam juga didahului dengan hadirnya para pedagang Muslim Arab, Persia, Turki dan India. Kerajaan Islam yan awal ialah Peurlak di Aceh, sebuah kerajaan yang diperintah oleh Dinasti Syiah dan berdiri sekitar abad ke-10 dan 11 M dan mempunyai hubungan dengan Dinasti Fatimiyah di Mesir. Pada abad ke-13 M berdiri pula kerajaan Islam yang cukup besar, yaitu Samudra Pasai (1270-1512). Kemudian Kerajaan Islam berdiri di Maluku Ternate-Tidoer, Gowa di Sulawesi, Bima, Banjar, Palembang dan kemudian Kerajaan Demak.

Aliran Sunnii dan Syiah pun mewarnai Islam di Indonesia yakni dengan mengerakan rakyat melawan Belanda untuk kemerdekaan di Sumatra dengan Perang Padrinya , begitupun di Aceh menyulut perlawanan terhadap Belanda. Para Ulama Islam memiliki kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia dengan berbagai gerakan sosial,politik dan ekonomi tidak memandang aliran apa sehingga Mukadimah Pembukaan UUD 1945 menjadi sebuah kompromi para Ulama besar dalam mendirikan sebuah negara dengan multi etniks dan agama untuk hidup berdampingan dengan saudara-saudara yang non muslim di Indonesia. Para pemikir Islampun mewarnai pemikiran politik generasi seperti Mohamad Natsir, Hamka, Buya Ma'arif kemudian bermunculan hingga akhir tahun 90an sepert Gus Dur, Nurholis Majid, Komarudin Hidayat. Semoga kekerasan di Timur Tengah tidak memberi dampak yang besar terhadap Indonesia. Maaf di catatan saya ini saya tidak akan menjawab semua debat soal Syiah dan Sunni karena itu soal soal Aqidah. Salam Nusantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun