Mohon tunggu...
ummy latifah
ummy latifah Mohon Tunggu... -

Pendiri dan pengelola Geotrek Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pesan dari Sukuh: Sukuh dan Pluralisme Indonesia "The Last Temple in Java"

29 Maret 2015   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pesan dari Sukuh: Sukuh dan Pluralisme Indonesia
"The Last Temple in Java"

Banyak yang menarik dari keberadaan Candi Sukuh yang berada kurang lebih 30 km dari kota Solo tepatnya di kaki Gunung Lawu. Berbagai tulisan tersebar mengupas soal candi sukuh mulai sebagai candi yang memiliki aliran eksotisme, Sukuh sebagai lambang asal muasal manusia. Sehingga Candi Sukuh itu dianggap sangat suci yang melambangkan proses keberadaan manusia bahkan kontroversi soal atlantis mengemuka di Candi Sukuh ini karena bentuknya seperti piramida terpotong.
Keberadaan Candi Sukuh yang unik menurut kalangan arkeolog sendiri mengatakan Sukuh adalah symbol kembalinya kebudayaan asli Indonesia menari- nari dalam tercermin dalam relief Sukuh.

Saya ingin sedikit berbagi tentang penggalan sebuah buku tulisan tentang Sukuh dari professor sejarah Amerika, Victor M Vic buku ini memiliki judul cukup panjang “From Majapahit to Sukuh Megawati Soekarnoputri: Continulty and Change in Pluralism of Religion Culture Politics of Indonesia From XV to The XXI Century” (2003) Dalam buku Victor M Vic ini dijelaskan setiap arti relief yang ada di candi Sukuh hingga analisa politik pluralism era orde baru sampai Megawati Abdurahman Wahid dan lahirnya Pancasila. Ada bagian yang menarik dalam buku ini yang menjelaskan bahwa pluralisme di Indonesia harga yang sangat mahal harus dibayar selama sejarah Indonesia. Bangsa Indonesia selalu bergelut dengan masalah keberagaman dan persatuan tetapi tidak pernah menjadi sebuah konflik besar (perang saudara/agama).

Awal dari filosofi pluralism di Indonesia menurut Victor M Vic adalah filosofi yang diambil dari Candi Sukuh sebagai Candi yang melambangkan keberagaman budaya agama di Indonesia.
Keaslian agama Indonesia adalah adanya perpaduan Hindu, Budha, Islamisasi menjadi sebuah aliran baru yang disebut agama Jawa. Karena pendirian Candi Sukuh sendiri di saat situasi keruntuhan Majapahit datangnya Islam dan mulainya dominasi ekonomi Cina. Arkeolog Belanda W.F Sutterheim (1930) memiliki tiga argument bahwa pendirian candi Sukuh dilakukan bukan oleh pemahat istana atau bukan oleh tukang batu tetapi oleh tukang kayu dari desa yang bukan dar kalangan seniman Kraton. Argumen kedua menurut Sutterheim Candi Sukuh dibuat dalam situasi tergesa gesa sehingga kurang rapih. Ketiga keadaan politik kala itu adalah menjelang keruntuhan Majapahit.

Kultus leluhur dan Kultus Bhima pemujaan Resi periode Majapahit nampak jelas di relief Candi Sukuh termasuk relief Punakawan, dan Bhima. Puncak dari nilai Jawa-Hindu diekpresikan dalam iconografi Candi Sukuh yang berdiri tahun 1437. Dua factor yang bisa dikenali dalam kontribusi kejatuhan dan kematian Majapahit tahun 1527 menurut analisa buku ini adalah serangan Cina yang mulai membuat pertahanan militer di Asia Tenggara. Kemudian Cina mengintervensi kedalam dinasti serta ekonomi pesisir. Terjadinya perang Saudara dalam Kerajaan Majapahit (Perag Paregreg, 1400-1406).

Hal lainyang melemahkan Majapahit adalah masuknya pengaruh Islam ke Jantung pesisir kekuasaan Majapahit. Kemudian Islam berakar ke dalam nilai Hindu-Jawa secara bertahap dan menjadi aliran capuran yang baru jauh menjadi sebuah pluralimse dalam proses islamisasi Jawa dan Jawanisasi Islam. Bahkan pembangunan Candi Sukuh ini dibangun karena pengaruh Islam, beberapa kalangan menyebutkan pendirian Candi Sukuh ini diprakarsai Sunan Giri atas dukungan raja Brawijaya tetapi hal itu perlu dibuktikan lebih jauh.

Pesan dari Sukuh ini menurut Victor M Vic adalah symbol dari keinginan membebaskan diri dari mulai dijajahnya perekonomian Jawa oleh Cina di bawah Ratu Suhita karena beliau mendukung gang Eng Chon sebagai saudara tiri Arya Damar yang memerintah di Palembang. Sukuh sebagai monument untuk mengingat kembali kejayaan Jawa atas Nusantara dari datangnya pengaruh Cina, Hindu dan Islam serta Sukuh melambangkan asal muasal manusia dan kesuburan. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun