Mohon tunggu...
Cantika Muhrim
Cantika Muhrim Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Pegiat Kemanusiaan dan Perubahan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rinai Hujan dan semangat belajar yang Menjulang

23 Desember 2020   15:48 Diperbarui: 5 Juni 2023   14:36 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aktifitas bermain anak dusun

setelah di launching tepat hari sumpah pemuda bulan Oktober lalu, Program Rumah Belajar Atap Sagu ( Skola RASA) masih aktif seperti biasanya. pandemi atau gerimis, bahkan hujan angin. Relawan pengajar tetap melaksanakan tugas nya dengan rutin mengajarkan anak anak di dusun. sore itu karena terkendala di armada keberangkatan ( alias sibuk cari tebengan) kami berangkat mengajar udah telat.
waktu menunjukan hampir pukul lima sore,kondisi langit sedang mendung. 

sempat mikir untuk tunda dulu kegiatan mengajar hari itu, hanya saja di isi kepala tu udah riuh banget sama ekspresi adik adik kami yang pasti saat ini lagi menanti kami datang di  paparisa atap sagu; rumah panggung tempat kami belajar.   akhirnya, ditemani relawan lain  berjumlah enam, menggunakan tiga kendaraan bermotor, kami berangkat. 

diperjalanan, kami kejebak hujan. buku buku bawaan kami amankan lebih dahulu jangan sampai keciprat hujan dan rusak. setelah hujan mereda perjalanan dilanjutkan. kami sampai ke kaki dusun jam lima lewat. di balik jembatan ada suara anak teriak teriak dari arah sungai kecil dibawah jembatan. " ibu guru, ibu guru, tamang2 ibu guru ACT datang" itu suara aulia, bersama opik. mereka sedang menemani fita mencuci di sungai. aulia dan opik berlari mendekat ke arahku. pakaian mereka sudah basah kuyup.
" ibu guru sisa tiga potong baju lagi beta cucian selesai"  teriak fita dari pinggiran sungai. aku, bersama opik dan aulia menanti fita menyelesaikan cucian dari atas jembatan. aku senyum senyum sendiri melihat fita yang terlihat begitu terburu buru menyelesaikan cuciannya. anak kecil berusia sekitar delapan tahun itu terlihat cekatan sekali dengan pekerjaannya.


setelah fita selesai mencuci kami melanjutkan perjalanan, relawan lain sudah lebih dulu ke rumah belajar karena harus membawa buku agar tidak basah. anak anak kembali  ke rumahnya untuk mengganti pakaian kering. kemudian bergegas menuju rumah belajar. saking semangatnya mereka ingin belajar, hujan tidak dijadikannya kendala. dengan mengandalkan sebuah payung milik fita mereka bergantian menjemput teman teman lain dirumah nya untuk pergi belajar.

jalanan di dusun rusak parah, ditambah curah hujan tinggi sehingga jalanan menjadi becek penuh lumpur. aku menanggalkan sepatu converse putih dan memilih berjalan tanpa pengalas kaki. sesampainya di lokasi belajar,anak anak lain sudah banyak menanti. beberapa bahkan mengekspresikan kekesalan mereka karena keterlambatan kami.

waktu menunjukan pukul enam sore, proses belajar berlangsung sebentar saja. anak anak gembira sekali karena diberi buku tulis baru. kata mereka buku tulisnya sudah pada sobek soalnya. setelah berdoa dan bubar, Tim relawan pengajar bersama dengan tim pengajar lokal ( anak anak muda dusun) sharing evaluasi sebentar terkait proses dan metode pembelajaran di sekolah RASA.
selesai magrib, kami packing untuk pulang. hujan sudah reda, namun jalanan licin sekali. motor kami parkir di ujung dusun, karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. jadi kami harus sedikit berjalan kaki ditengah jalanan berlumpur, rusak dan tanpa lampu jalan. perjalanan kami isi dengan berbagai cerita agar lebih ramai dan tidak menakutkan wkwk. habis nya riuh suara kodok dan anjing menggongong mengiringi kami pulang. hikhik. ( mulai horor)

qadarallah sesampainya di sebuah jalanan tikungan yang sedikit terjal, aku terpeleset jatuh. beberapa teman membantuku untuk berdiri. pakaian ku sudah kotor penuh lumpur. bokong ku memang sakit setelah itu, dan tidak cukup kuat untuk berdiri sendiri, btw aku juga tidak seberani  untuk mengikuti saran relawan lain ntuk membersihkan diri di sungai tengah hutan di jam segitu.aku sempat nangis ( mulai dramatis) , entah karena sakit nya atau karena prihatin dengan kondisi jalanan yg seperti itu.
dengan meningkatkan kehati hatian perjalanan kami lanjutkan. beberapa teman mempercepat langkah dengan aura wajah sedikit panik. sarlan juga mulai bertanya beberapa pertanyaan yang mengundang takut relawan yang lain. kilat dan gemuruh petir menyambut kami di arah jembatan, hujan deras turun. Allahuma sayyiban nafian, malam itu memang sedikit menguji adrenalin, aku sebagai koordinator tim hanya meminta perlindungan ke Allah agar diberi selamat sampai ke tempat tujuan.

setelah sampai ke ujung jembatan dan melewati jalanan rusak, akhirnya kami menaiki motor masing masing, lampu motor milik ansyar rusak kena hujan, sedang motor sarlan tak ada lampu. hanya motor putri yang kami andalkan mencahayai jalanan yang gelap itu. adik dari putri mulai bercerita tentang sosok aneh yang dilihatnya  dibelakangku saat aku jatuh tadi , kemudian ansyar mulai dengan cerita nya yang melihat sosok seorang anak kecil di jalan setelah jembatan. putri dan rabiyah mulai ketakutan, wkwk.
aku tidak cukup paham untuk mengerti cerita cerita seperti itu. namun aku hanya bisa meminta mereka untuk diam dan tetap tenang, karena jalanan yang sedang kami lewati ini sangat gelap dan berbahaya jika tidak berhati hati.


 hujan masih turun dan perjalanan tetap kami lanjutkan. tentu saja, berteduh ditengah hutan bukan opsi yang kami pilih wkwk.
jalanan gelap yang sedang kami lewati ini sekitar dua kilo meter. samping kiri dan kanan jalan dipenuhi semak semak juga perkebunan.
sepanjang jalan itu tak ada satu pun lampu jalan yang tersedia. miris; ditengah tengah heboh nya berita dana bansos yang dikorupsi, rakyat masih terseok Seok. ( mulai sok idealis wkwk)

aku tak berhenti mengumpat didalam hati. adik adik binaanku di dusun harus melewati jalanan rusak setiap hari nya dengan berjalan kaki untuk pergi ke sekolah, mereka pulang sudah gelap, melawan ketakutan mereka  melewati jalan yang gulita. aku bahkan tidak pernah mendengar cerita keluhan keluar dari mulut mereka. hari ini kami tim  relawan diperhadapkan dengan situasi yang rutin dialami adik adik di dusun.

jalanan dua kilo meter itu terasa panjang sekali. jalanan gelap sedemikian rupa, tentu memicu potensi kriminalitas. " bagaimana jika ada begal, orang jahat yang bersembunyi atau bahaya bahaya lainnya?" aku mulai takut dengan isi kepalaku sendiri. kemudian beristigfar sebanyak mungkin. setelah beberapa saat, kami sampai juga ke perkampungan dekat jalan raya. aku sedikit lega.
btw, perbincangan terkait sosok sosok aneh yang teman teman ku lihat sepanjang perjalanan masih jadi perbincangan hangat yang menemani kami pulang.

bersambung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun