Mohon tunggu...
Muhammad Chandra
Muhammad Chandra Mohon Tunggu... -

Citizen Reporter amatiran.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jangan Ada Lagi Kepentingan Kelompok di PSSI

14 Februari 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="PSSI, otoritas tertinggi sepakbola di Indonesia"][/caption] Rabu (1/2/2012), sekelompok orang yang menamakan diri mereka sebagai "Aliansi Suporter Pro Statuta" mendesak dilaksanakannya Kongres Luar Biasa (KLB) untuk mengganti kepengurusan Djohar dkk. Mereka mengadakan aksi dihalaman kantor PSSI di GOR Bung Karno, Senayan, Jakarta. Mereka menilai era kepengurusan PSSI dibawah Djohar Arifin telah melanggar statuta dan cenderung menguntungkan kelompok tertentu tanpa memperhatikan kelangsungan kompetisi sepakbola nasional di masa mendatang. Hal seperti ini mengingatkan kita pada kejadian sekitar setahun yang lalu ketika PSSI masih dipimpin oleh Nurdin Halid, saat itu gelombang protes tuntutan mundurnya Nurdin Halid terjadi dimana-mana, Nurdin Halid dinilai telah mempolitisi PSSI, dan memintai dana antara Rp.1-5 Miliyar untuk tim yang masuk ke Divisi Satu dan Divisi Utama, bahkan kabar yang berhambus mengatakan bahwa adanya dua oknum pengurus PSSI yang terlibat dalam skandal suap dalam final piala AFF 2010 lalu, ketika Tim Garuda berlaga di Stadion Bukit Djalil, Malaysia. Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, Djohar Arifin juga habis-habisan dipaksa turun oleh sebagian suporter klub-klub terutama klub dari Liga Super Indonesia. Djohar dinilai telah melanggar statua dengan membuat Liga baru, yaitu Indonesia Premier League dan tidak mengakui Indonesia Super League  yang menurut Kongres Bali sebagai liga yang sah. PSSI era Djohar Arifin juga dinilai telah membohongi rakyat Indonesia degan mencoret Persipura dari ajang AFC Champions League atas nama AFC, padahal itu adalah perbuatan pengurus PSSI. Begitulah gambaran singkat carut-marut persepakbolaan Indonesia, ada yang pro, ada pula yang kontra, kedua kubu yaitu kubu Nurdin Halid bersama Nirwan Bakrie dan kubu Djohar Arifin beserta Arifin Panigoro saling membalas. Saat PSSI dibawah era Nurdin Halid melarang LPI yang notabe adalah liga tandingan bentukan Arifin Panigoro, disaat PSSI era Djohar Arifin yang dijuliki "Boneka Arifin Panigoro" melarang ISL yang lebih dulu ada dan sah secara statuta dan kongres PSSI di Bali beberapa waktu lalu. PSSI era Djohar Arifin juga melarang pemain2 terbaik Indonesia untuk berseragam Garuda yang sebagian besar berasal dari klub-klub yang bernaung dibawah Liga Super Indonesia, dan merekrut pemain-pemain amatiran dari klub-klub Indonesia Premier League yang beberapa klubnya "dikatrol" untuk naik ke kasta tertinggi. Saya tidak membenarkan salah satu atau kedua kubu diatas. Suporter maupun pecinta sepakbola di Indonesia udah capek menonton "Sinetron" yang tiada habisnya, seperti Opera Sabun atau Telenovela yang episodenya bertambah panjang jika mendapat banyak perhatian. Kedua kubu diatas seharusnya sadar betul potensi sepakbola di Indonesia, bukan memanfaatkannya demi kepentingan kelompok mereka saja. Bukankah Ketua Umum PSSI harusnya mencari jalan keluar terbaik, bukan malah menambah nyaring genderang perang dualisme di persepakbolaan Tanah Air. Dengan potensi pesepakbola seperti ini, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi juara Asia, walaupun harus dibuktikan terlebih dahulu menjadi Raja Sepakbola Asia Tenggara di Piala AFF. Kami menginginkan prestasi, bukan kemelut carut-marut sepakbola. Wassalam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun