Mohon tunggu...
Canny Bhakti Rahardja
Canny Bhakti Rahardja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang rela menukarkan uang jatah beli nasi bungkus untuk makan siang dengan harian KOMPAS nun jauh pada tahun 1998.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Astagfirullah! Sepakbola Kita Lebih Percaya Magic daripada Tuhan?

27 Oktober 2014   18:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:34 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Memalukan! Lima Gol Bunuh Diri Tercipta di PSS Vs PSIS

Itulah salah satu judul artikel Kompas.com pagi ini. Menariknya, orang yang saya sangat kagumi, yang kini melatih PSS, Herry Kiswanto pun kecewa. Teringat, ketika saya masih bocah memperhatikan sang pelatih bermain layang-layang di lapangan olahraga Lokasana, Ciamis , Jawa Barat.

Kejadian ini mengingatkan pula Kompasianer, yang ketika itu berposisi sebagai striker pernah mengalami ketika diminta jajaran staf pelatih untuk menemani mengolesi gawang dengan minyak tertentu dalam babak penyisihan Piala Suratin akhir 1989. Saya dapat pernyataan dari rekan setim bahwa minyak tersebut berguna untuk menangkal "sesuatu" dari pihak lawan. Saya tak perduli. Bagi saya, Tuhanlah tempat bersandar. Kekalahan dalam sepakbola baru saya akui ketika peluit panjang dibunyikan wasit pada menit ke-90!

Kembali ke sepakbola gajah. Siapakah yang dirugikan? Selain pelatih dan penonton yang membeli tiket, pemain adalah pihak yang sangat dirugikan. Bayangkan, mental mereka hancur ketika harus dengan sengaja memasukan bola ke gawang tim sendiri. Berapa lama recovery dari kejatuhan mental ini. Hanya Tuhan yang tahu!

Bila Komdis PSSI mendiskualifikasi kedua tim, ini adalah hal yang wajar dan bukti keseriusan manajemen sepakbola Indonesia. Anggaplah ini sebuah kiamat kecil bagi kedua Tim. Sehingga mereka masih bisa segera bangkit kembali.

Ingatkanlah saya pula, ketika adzan Maghrib sudah berkumandang, meski telah mengenakan sarung, sepasang mata ini masih tertuju pada pertandingan bola di televisi. Dan ketika komat mulai dilantunkan barulah langkah seribu saya ambil ke mushala!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun