Suatu hari di tahun 1990, ada seorang pemuda belasan tahun yang masih menunggu hasil UMPTN tertimpa nasib malang. Disaat membutuhkan dukungan dia harus putus dengan kekasihnya. Sore itu dengan langkah gontai, meski hanya mengenakan t-shirt, blue jean dan tanpa alas kaki, dia memaksa ikut latihan bola di klub Dharma Putra, Perumnas Ampenan. Anehnya teman-teman seklubnya tidak mempersoalkannya. Latihan tetap berjalan normal. Setelah meliuk-liuk melewati satu-dua pemain dia terjerembab dijegal pemain ketiga. Bangkit dan langsung pulang yang membuat teman-temannya melongo. Mungkin juga mereka mahfum bahwa pemuda itu telah "menyelesaikan" masalahnya.
Rakyat Indonesia baru saja menemukan cintanya kembali pada Timnas U-19. Harapan yang berbunga-bunga disandarkan pada Timnas U-19.
Akan tetapi harapan terkadang tak sesuai dengan keinginan. Nah, mungkin gambaran cerita di atas persis dengan apa yang sedang dihadapi Timnas U-19.
Pada saat-saat genting inilah, marilah kita bersatu untuk mendukung Timnas U-19. Tidak lolosnya ke piala Dunia U-20 bukanlah kejanggalan. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan kesuksesan Timnas Indonesia. Jangan pisahkan mereka. Sepakbola adalah latihan, latihan dan kebersamaan. Lihatlah Dunga ketika mengoper bola tanpa menoleh sedikitpun pada rekannya yang berujung gol pada sebuah kejuaran Piala Dunia.
Saya percaya Timnas U-19 dengan coach Indra akan segera bangkit. Seperti bangkitnya mental pemuda tadi yang kebetulan saya sendiri. Wah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H