Bekerja minimal mencari nafkah untuk diri sendiri adalah dunia baru bagiku. Dulu perasaanku begitu gentar ketika harus berpisah dengan rekan-rekan SMA. Berpisah untuk melanjutkan diri ke perguruan tinggi yang konon untuk memuluskan masa depan.
Masih ingat ketika minta ijin pulang lebih dulu sebelum kelas usai demi mengikuti kompetisi sepakbola. Kejadian itu berulang meski akan menghadapi evaluasi belajar tahap nasional. Aku lakukan dengan kegembiraan meski teman berseliweran mencari les tambahan. Aku tak perduli.
Dan kini dunia kerja menghampiri. Terasa sendiri. Hidup hanya untuk bekerja? Hingga kamu merubah semuanya. Kerja tidak lagi membosankan karena ada bola mata Rume disetiap hari kerja.
Masih ingatkah ketika lenganmu menggamit lenganku di sebuah lorong perkantoran? Dan terucap bila tak bisa tidur bila aku marah. Paling tidak ada perasaan mendalam yang tidak akan pernah ingkari dari relung kita. Meski berlainan agama. Yes, we can't fight this feeling anymore!
Dan apakah yang kita lakukan dengan perasaan itu? Paling-paling kita hanya bercakap di sela-sela jam istirahat dan bercanda. Sadar betul bahwa ada makhluk ketiga yang selalu menghantui. Makhluk yang tega mencerai-beraikan kekerabatan umat manusia hingga selalu menuntun ke jalan kehancuran.
Sayangnya kita selalu dilindungi Tuhan. Ingatkah ketika kita meng ko syetan dengan membuat janjian makan malam di sebuah supermarket? Dimana meeting point secara sadar kita tentukan di counter buku agama? Kita tak akan pernah bersatu ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI