Mohon tunggu...
Hasto Prabowo
Hasto Prabowo Mohon Tunggu... -

Penikmat Sepak Bola & Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kematian Orang Utan dan Bripka Dwi

31 Agustus 2012   04:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:06 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada dua fenomena menarik di media akhir-akhir ini. Yang satu tentang kematian Orang Utan di Pontianak, yang lain lagi tentang kematian anggota polisi di Solo.  Keduanya sama-sama mengalami suatu kejadian yang tragis.

Mungkin tidak etis membandingkan kematian orang utan dengan manusia. Tetapi fenomena sosial ini perlu kita cermati secara teliti. Terlebih juga karena isu-isu sosial sekarang lebih terfokus pada soal pilkada DKI,kasus simulator SIM, banggar DPR, dst,dsb.

Serangan ke Pos Polisi di Singosaren Solo hari Kamis malam kemarin (30 Agustus 2012) telah menewaskan seorang polisi yang sedang berjaga, Brigadir Kepala Dwi Data Subekti. Ia tewas dengan empat luka tembak. Fakta ini kontan membuat beragam reaksi. Namun satu yang pasti, polisi yang salah satu tugas utamanya melindungi masyarakat dari ancaman keamanan, malah justru tak berhasil melindungi dirinya sendiri. Apalagi kejadian di Solo ini bukan untuk kali pertama. Setidaknya jelang lebaran telah terjadi rentetan penyerangan. Tetapi justru untuk yang kali kesekian akhirnya polisi menjadi korban.

Tak sedikit yang beranggapan bahwa aksi penyerangan ini dilakukan oleh kelompok teroris. Namun terlalu dini untuk memvonis aksi ini dilakukan oleh kelompok teroris. Banyak hal yang perlu dikaji oleh Polisi. Dari soal pemilihan lokasi TKP, cara mereka bekerja, pemilihan waktu penyerangan, dan yang pasti apa motivasinya. Sayang sekali sampai saat ini (mohon dikoreksi) saya belum membaca Polisi mengungkap selongsong peluru jenis apa yang digunakan.

Tentu dalam penangan kasus teror polisi jauh lebih pintar dalam mem-profile pelakunya. Atau mungkin bisa saja beberapa anggota polisi sebenarnya telah tahu,karena aksi ini telah terjadi berulang. Namun karena alasan politis kasus ini menjadi samar. Tak heran juga kalau banyak komentar di media online bernada miring dialamatkan kepada institusi Polri. Tapi apa pun sebagai masyarakat tentu kita ingin agar kasus ini tidak terulang dan cepat terungkap.

Sehari sebelumnya kejadian lain terjadi di Pontianak. Orang utan jantan yang berada di kebun warga Wajok Hilir Sabtu lalu, dan berhasil dievakuasi Senin lalu akhirnya mati pada Rabu malam. Orang utan itu mengalami luka bakar dan dehidrasi. Luka bakar dialami orang utan setelah berada di atas pohon Kelapa yang disulut api oleh warga. Maksud warga agar orang utan tsb turun dari pohon kelapa . Namun yang terjadi justru sebaliknya. Api justru membakar si tubuh orang utan.

Fenomena Orang utan “masuk” kampung pemukiman warga, memakan buah tanaman warga membuat ibu-ibu dan mungkin juga selain ibu2 ketakutan. Berbagai upaya evakuasi dilakuakan untuk mengusir orang utan pergi dari kampungnya.

Namun salahkah mereka (orang utan)? Fakta masuknya orang utan ini sejatinya telah menjadi pertanda bagi kita. Hutan yang menjadi habitatnya terkikis hingga habis demi perluasan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri. Tempat aslinya telah diusir dan digusur oleh kepentingan manusia, bahkan diburu sebagai hama. Satwa bernama latin Pongo pygmaeus dibantai, dan dihargai hingga 1,12 juta per ekor. (vivanews.com/27/08/2012).

Karenanya sudilah dengan arif kita bertindak. Mencermati fenomena ini kita tentu sangat bersedih. Dua fenomena di atas seakan membuat kita berpikir tidak rasional. Di satu sisi sebagai pengayom dan pengaman masyarakat Polisi justru “kalah” di markasnya. Lalu bagaimana dengan keamanan masyarakat itu sendiri?Dan jauh lebih dari itu kita sendiri tidak bisa saling melindungi. Bahkan bianatang pun tidak mendapat tempat yang “pantas”, apalagi manusia nya?

Jelaslah, cita-cita dalam pembukaan UUD 45 patut kita pertanyakan. “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia” (dan termasuk sumber daya yang ada di dalamnya). Mari jadikan Indonesia yang lebih beradab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun