Mohon tunggu...
Hasto Prabowo
Hasto Prabowo Mohon Tunggu... -

Penikmat Sepak Bola & Politik

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kembalikan BoLa Sepak KAMI

1 Agustus 2012   08:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Menurut Bill Muray, salah seorang sejarahwan bola sepak dalam bukunya The World Game: A History of Soccer, permainan bola sepak sudah dikenal sejak awal Masehi. Pada saat itu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal teknik membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen. Sementara di Yunani Purba juga mengenal sebuah permainan yang disebut episcuro, tidak lain adalah permainan menggunakan bola. Hal ini tergambar pada relief-relief museum yang melukiskan anak muda memegang bola dan memainkannya dengan pahanya.

Berangsur-angsur barulah kemudian sejarah sepak bola modern mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Inggris menjadi negara yang memainkan football pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah. Tahun 1857 beridiri klub bola sepak pertama di dunia, yaitu: Sheffield Football Club. Klub ini adalah asosiasi sekolah yang menekuni permainan bola sepak.

Bagaimana dengan kita? Indonesia. Sebagai negara kita baru bermain bola tak lebih dari 67 tahun. Sama dengan usia RI saat 17 Agustus nanti. Namun uniknya, usia PSSI lebih tua 15 tahun dari usia negri ini. Usia yang tak lagi muda, 82 tahun. Bahkan kalau mau dibilang usia yang sudah sangat uzur bagi orang di zaman sekarang.

Di usia menjelang 83 tahun 30 April 2013 yang akan datang, pantaslah kalau pergerakan lembaga ini lama-kelamaan kian menunjukkan tanda2 penuaan di banyak hal. Jalannya begitu lamban. Bagai sang kakek renta yang berjalan dengan tongkat. Namun tongkatnya pun begitu rapuh mengikuti nuansa ketuaannya.

Ciri kerentaan lain adalah pikun, alias penyakit sering lupa. Intinya di usia 80an jaringan2 syarafnya mulai lemah merespon segala impuls. Termasuk impuls perpecahan di dalam dirinya. ISL vs IPL. Lihatlah pernyataan Ketum PSSI versi KLB Ancol yang ISL itu, La Nyalla Mahmud Mattalitti. "Jadi, harus ada sanksi. Klub diminta tegas menegakkan aturan dengan pemain yang melanggar dan mengabaikan sikap klubnya," tegasnya.

Pernyataan La Nyalla itu tentu merespon impuls beberapa pemain ISL yang dipanggil untuk membela timnas. Respon atas salah satu pernyataan pemain bola kita.“Saat ini adalah titik awal membenahi Timnas. Kehadiran kami di sini untuk menunjukkan bahwa di tengah konflik di PSSI kami masih punya niat baik. Kami tidak di pihak mana pun," kata Ponaryo. Respon yang begitu cepat namun lemah. Lemah karena La Nyalla lupa bahwa timnas adalah milik semua pemain. Milik semua pecinta bola sepak Indonesia.

Bayangkan PSSI tanpa pemain bola, atau permainan bola tanpa bola itu sendiri? Ini bukan hanya seperti sayur tanpa garam. Tapi seperti melihat buku tanpa satu tulisan pun. Ponaryo benar. Dia hanya ingin bermain untuk Timnas. Tanpa ingin memikirkan pihak ini pihak itu. Yang mereka inginkan hanyalah bermain bola untuk negrinya.

Kembalikan permainan bola kepada aslinya. Kembalikan permainan Bola ke “KAKI” para pemain. Supaya esensi bermain Bola sungguh terlihat. Permainan Bola cukup dari kaki ke kaki dengan bola yang bundar. Tanpa harus lupa dan bagaimana ia bermain semestinya. Tanpa syaraf2 PSSI yang mulai melemah dengan konfliknya.

Sumber : - Wikipedia

- shalimow.com

- DewiBola.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun