Opik merasa kecewa dan sedih. Karyawan TVRI yang sudah senior itu baru saja selesai melaksanakan tugasnya sebagai kru tim liputan satu acara di Istana Negara yaitu penyerahan anggaran Kementerian dan Lembaga beberapa waktu lalu. Helmy Yahya selaku Direktur Utama TVRI hadir dalam acara itu.
Sebagai kerabat kerja teknik, ia sedang membereskan alat OB Van TVRI untuk siaran luar ketika Helmy Yahya berjalan keluar dari Istana Negara tidak jauh dari mereka. Ia yakin Helmy melihat dirinya dan teman-teman lainnya. Tetapi ia sangat kecewa dan sedih. Helmy berlalu begitu saja melewati para kru TVRI yang tengah bersimbah peluh itu.
"Jangankan menyalami, melihat pun tidak," papar Opik mengutarakan kekesalannya itu kepada salah seorang pimpinan TVRI, suatu siang sehabis Shalat Dzuhur. "Saya sangat sedih mengapa Pak helmy begitu sombong ."
Hal sama dirasakan banyak karyawan TVRI di Jakarta. " Saat berpapasan di depan lift. Helmy tidak mau melihat kami," ungkap sejumlah karyawan mengeluhkan soal itu. " Jangankan bersalaman, melihatpun tidak. Mukanya masam terus."
Para karyawan TVRI yang sudah lama bekerja di lembaga penyiaran milik negara itu, merasakan adanya jarak dengan Helmy Yahya. Beberapa kali Helmy mengatakan bahwa karyawan TVRI sudah tua-tua, tidak kreatif, bahkan tidak mampu bekerja.
Hal itu pernah dikatakan Helmy pada forum resmi ketika rapat dengan Komisi I DPR. Pernyataan Helmy mengenai karyawan yang sudah tua-tua itu ketika itu ditimpali oleh Tumpak Pasaribu, direktur Umum TVRI.
Harus diakui karyawan TVRI memang sebagian besar sudah berusia di atas 50 tahun. Tetapi mereka merasa sudah bekerja dengan sebaik mungkin. Sebelum Helmy dan jajarannya masuk, TVRI sudah sering dapat penghargaan.
Sebut program Berita TVRI yang dinilai baik karena di atas indeks siaran yang ditetapkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Siaran anak-anak TVRI sejak jaman Iskandar menjadi direktur utama juga sudah mendapat predikat TV ramah anak. Ketika Kepra menjadi direktur Program dan Berita TVRI, kalangan Komisi I DPR sudah menilai ada perubahan di layar pemirsa perusahaan TV tertua di Indonesia.
Karena itu karyawan TVRI a sakit hati betul ketika Helmy berkoar-koar bahwa TVRI di bawah kemimpinannya sudah begitu luar biasa perubahannya. " TVRI sebelum saya dalam titik nadir," demikian ungkapan sombong Helmy saat mengklaim kerjanya dalam wawancara yang dikutip media online.
Antipati kepada Helmy memang sudah muncul nyaris sejak dia menjabat. Selain mendiskreditkan karyawan yang sudah tua, Helmy juga dinilai tidak adil. Jajaran direksi yang dikomandani Helmy banyak merekrut tenaga dari luar TVRI. Mereka disebut sebagai Tenaga Ahli Direksi dengan pendapatan lumayan besar, antara Rp 7 juta sampai Rp 10 juta per bulan.