Pasangan calon kepala daerah dari jalur independen pada Pilkada Serentak 2024 menuai simpati publik di Aceh. Kemunculan pasangan calon kepala daerah jalur independen sebagai pemimpin klasemen perolehan suara terbanyak sementara di Aceh Besar dan Kota Sabang menimbulkan semangat membara bagi pengusung jalur non-parpol ini.
Fenomena rakyat Aceh menjatuhkan pilihan mereka kepada calon kepala daerah yang tidak diusung oleh partai politik sebagaimana sudah biasa berlaku selama ini dianggap sebagai bentuk kehilangan kepercayaan publik terhadap partai politik di daerah tersebut.
Benarkah rakyat tidak percaya lagi kepada partai politik? Padahal di Aceh ada juga yang namanya partai politik lokal (parlok). Bahkan ada parlok besutan para ulama. Apakah rakyat Aceh tidak pula percaya pada partai politik yang digawangi ulama?
Tetapi ketika berbicara soal penegakan syariat Islam atau yang bersentuhan dengan masalah agama, rakyat Aceh sangat manut kepada para ulama. Mengapa demikian? Satu sisi politik dan sisi lain syariat Islam memperlihatkan fenomena yang berbeda.
Sebagai rakyat biasa, penulis sering berdiskusi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang profesi dan status sosial, mereka rata-rata memiliki minat terhadap persoalan politik. Meskipun hanya sekedar mengikuti perkembangan isu-isu yang berkembang di negeri ini.
Dari percakapan yang terjadi, dan dialog-dialog lepas diantara mereka memang menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap partai politik berada pada titik nadir. Partai politik bagi mereka ibarat odong-odong untuk mencari makan para politikus.
Mereka menuding, partai politik tidak lebih hanyalah alat yang dikendalikan oleh pemodal dan politisi preman untuk merebut kekuasaan. Partai politik bukan untuk mensejahterakan rakyat dan digunakan sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Itulah beberapa alasan grass root mengalihkan pilihan mereka kepada calon dari jalur independen. Rakyat mengaku sudah bosan dengan janji-janji manis partai politik yang katanya demokratis dan untuk kepentingan rakyat.
Di Aceh Besar, pasangan calon Bupati yang maju lewat jalur independen, Muharram Idris, sebenarnya mereka adalah mantan Kombatan GAM, yang kita tahu mereka memiliki wadah partai politik yakni Partai Aceh.
Begitu juga calon Walikota Sabang yang hingga hari ini masih terus memimpin perolehan suara, Zulkifli Adam, merupakan eks GAM dan pernah menjadi Walikota dari partai politik saat itu. Apakah gerangan kedua eks GAM tersebut meninggalkan Partai Aceh kemudian bersolo karir melalui jalur independen?