Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jalur Independen Berjaya di Aceh Besar dan Kota Sabang, Apakah Masyarakat Sudah Bosan Dengan Partai Politik?

29 November 2024   09:54 Diperbarui: 29 November 2024   09:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari pemungutan suara di salah satu TPS di Gampong Tanjong Seulamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, Rabu 27 November 2024, (dokpri)

Pasangan calon kepala daerah dari jalur independen pada Pilkada Serentak 2024 menuai simpati publik di Aceh. Kemunculan pasangan calon kepala daerah jalur independen sebagai pemimpin klasemen perolehan suara terbanyak sementara di Aceh Besar dan Kota Sabang menimbulkan semangat membara bagi pengusung jalur non-parpol ini.

Fenomena rakyat Aceh menjatuhkan pilihan mereka kepada calon kepala daerah yang tidak diusung oleh partai politik sebagaimana sudah biasa berlaku selama ini dianggap sebagai bentuk kehilangan kepercayaan publik terhadap partai politik di daerah tersebut.

Benarkah rakyat tidak percaya lagi kepada partai politik? Padahal di Aceh ada juga yang namanya partai politik lokal (parlok). Bahkan ada parlok besutan para ulama. Apakah rakyat Aceh tidak pula percaya pada partai politik yang digawangi ulama?

Tetapi ketika berbicara soal penegakan syariat Islam atau yang bersentuhan dengan masalah agama, rakyat Aceh sangat manut kepada para ulama. Mengapa demikian? Satu sisi politik dan sisi lain syariat Islam memperlihatkan fenomena yang berbeda.

Sebagai rakyat biasa, penulis sering berdiskusi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang profesi dan status sosial, mereka rata-rata memiliki minat terhadap persoalan politik. Meskipun hanya sekedar mengikuti perkembangan isu-isu yang berkembang di negeri ini.

Dari percakapan yang terjadi, dan dialog-dialog lepas diantara mereka memang menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap partai politik berada pada titik nadir. Partai politik bagi mereka ibarat odong-odong untuk mencari makan para politikus.

Mereka menuding, partai politik tidak lebih hanyalah alat yang dikendalikan oleh pemodal dan politisi preman untuk merebut kekuasaan. Partai politik bukan untuk mensejahterakan rakyat dan digunakan sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.

Itulah beberapa alasan grass root mengalihkan pilihan mereka kepada calon dari jalur independen. Rakyat mengaku sudah bosan dengan janji-janji manis partai politik yang katanya demokratis dan untuk kepentingan rakyat.

Di Aceh Besar, pasangan calon Bupati yang maju lewat jalur independen, Muharram Idris, sebenarnya mereka adalah mantan Kombatan GAM, yang kita tahu mereka memiliki wadah partai politik yakni Partai Aceh.

Begitu juga calon Walikota Sabang yang hingga hari ini masih terus memimpin perolehan suara, Zulkifli Adam, merupakan eks GAM dan pernah menjadi Walikota dari partai politik saat itu. Apakah gerangan kedua eks GAM tersebut meninggalkan Partai Aceh kemudian bersolo karir melalui jalur independen?

Hasil perhitungan suara terakhir, Muharram Idris sukses meraup suara siginifikan dari sejumlah kecamatan yang ada di Aceh Besar. Walaupun secara kuantitatif tidak lebih 50% dari suara total pemilih, namun tiket menuju Pendopo Bupati sudah ada di tangan.

Kalau kita sedikit flashback sama masa kampanye, Paslon Muharram Idris - Syukri A. Jalil kerap memainkan narasi jalur independen didukung oleh rakyat, sedangkan rivalnya didukung oleh partai politik, yang katanya partai politik dibentuk hanya untuk kepentingan oligarki bukan untuk rakyat.

Narasi semacam itu terus-menerus diulang dalam setiap kesempatan. Muharram "mencuci otak" masyarakat dengan menunjukkan kelemahan partai politik yang tidak sesuai dengan harapan rakyat.

Sementara di sisi lain, Bupati dipilih sebagai pemimpin rakyat. Sebab itu memilih mereka yang diusung oleh partai politik mustahil akan bekerja untuk rakyat, yang ada hanyalah untuk oligarki partai politik.

Narasi yang menyebutkan jalur independen diusung langsung oleh rakyat memang tidak dapat dibantah, meskipun tidak sepenuhnya benar. Secara empiris faktanya memang begitu seperti itu. Dukungan langsung tersebut dapat dibuktikan dengan, misalnya syarat calon yang akan melalui Jalur independen wajib menyerahkan ribuan KTP sesuai dengan ketentuan komisi pemilihan independen (KIP) Aceh.

Semoga siapapun yang terpilih, terpenting adalah tidak melupakan kepentingan rakyat atau lupa pada janji kampanye yang telah terucap. Sekian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun