Konsep rezeki menurut Islam bermakna rezeki berarti kekayaan, nasib, harta warisan, upah, dan anugerah atau pemberian. Rezeki juga termasuk makanan, hujan, dan buah-buahan.
Perselisihan muncul biasanya karena mempersoalkan perbedaan. Sebab perbedaan pasti ada, maka ketika dipermasalahkan sehingga muncul menjadi perselisihan dan perdebatan tanpa ujung.
Lantas bagaimana menyikapi perbedaan pandangan atau perselisihan yang berujung pada perdebatan yang tiada akhir?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 199).
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukilkan sehubungan dengan makna firman-Nya: Jadilah engkau pemaaf. (Al-A'raf: 199), yakni terhadap sikap dan perbuatan orang lain tanpa mengeluh.
Hisyam ibnu Urwah telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Allah Swt. telah memerintahkan Rasul-Nya agar bersifat memaaf terhadap akhlak dan perlakuan manusia (terhadap dirinya).
Menurut riwayat yang lain, makna yang dimaksud ialah 'bersikap lapang dada lah kamu dalam menghadapi akhlak mereka'.
Kemudian makna bodoh pada ayat di atas bermakna sok pintar. Tipe orang seperti ini tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Setiap yang berseberangan dianggap salah.
Dalam istilah lain kata bodoh bersinonim dengan kata bebal, bisa diartikan keras kepala dan buta pula mata hatinya.
Menghadapi orang yang berkarakter demikian. Imam Ali bin Abi Thalib memberikan isyarat seperti ini: