Persis seperti kebijakan pemerintah di era pandemi sekarang, "anggaran di potong (refokusing) tapi target tetap alias tidak berkurang atau diturunkan".
Artinya banyak posisi yang wajib diisi tetapi dirangkap (rangkap jabatan menimbulkan beban kerja dan rangkap tugas pada ujungnya).
Saya sendiri ketika dipercayakan pada posisi marketing namun pada saat yang sama rangkap jabatan ketua jurusan.
Coba bayangkan bagaimana mengemban tugas dengan Tupoksi yang sama sekali berbeda.
Tidak hanya kesulitan ketika menempatkan diri saat melakukan pekerjaan, tetapi juga menimbulkan kontradiksi antara kepentingan marketing dan kewajiban menjaga kualitas kurikulum karena itu salah satu tanggung jawab Ketua jurusan.
Dilema seperti ini pernah saya rasakan begitu sulit. Bagaimana saya harus berperan (akting) dengan dua common interest yang bertolak belakang.
Sebagaimana diketahui umum, marketing adalah pekerjaan yang berorientasi pada terbangunnya hubungan pasar melalui serangkaian strategi yang dipilih dan dijalankan.
Dengan harapan mereka akan menjadi pelanggan. Dalam konteks ini mereka mau bergabung sebagai mahasiswa di kampus kami.
Di satu sisi saya harus bersikap agak fleksibel dan menyesuaikan diri dengan adik-adik siswa (pasar) yang baru tamat sekolah agar mudah membangun komunikasi.
Di sini kita sering menggunakan bahasa "gaul" dan kekinian mengikuti gaya komunikasi remaja dan milenial agar tercipta suasana keakraban, sehingga komunikasi bisa dua arah dan terbuka (hingga pas waktunya untuk bisa jualan hehe).
Ketika menjalankan peran (tugas) sebagai marketer, buang jauh-jauh soal posisi Ketua jurusan dengan segala macam embel-embelnya.